Sementara bank asal Inggris, Barclay's telah memangkas perkiraan harga Brent sebesar USD6 dan perkiraan WTI sebesar USD7 untuk tahun ini masing-masing USD92 dan USD87 per Maret (8/3)
Bank ini yakin produksi minyak yang sebelumnya surplus sekitar 800.000 barel per hari (bpd), akan berubah menjadi defisit 500.000 bpd pada paruh kedua 2023.
Adapun CEO Vitol Group yakin harga minyak dapat diperdagangkan di kisaran USD90 hingga USD100 per barel pada paruh kedua tahun ini. Permintaan minyak juga diproyeksi akan meningkat sebesar 2,2 juta barel per hari tahun ini. Sementara pasokan masih terbatas, sehingga ada peluang bagus untuk kenaikan harga.
Menurut JPMorgan pada akhir Februari lalu, harga minyak Mentah Brent diperkirakan tidak akan mencapai USD100 per barel pada 2023 kecuali terjadi peristiwa geopolitik besar yang kembali mengguncang pasar.
Aliansi OPEC+ dapat menambah 400.000 bpd untuk memasok pasar minyak tahun ini, dan ekspor Rusia dapat pulih pada pertengahan 2023.
Menurut bank Wall Street, produksi minyak mentah Rusia diperkirakan akan pulih pada bulan Juni mendatang sementara tingkat harga yang tinggi akan mencegah AS membeli kembali minyak mentah untuk mengisi Cadangan Minyak Strategis (SPR) negeri Paman Sam.
Namun, dalam sepekan terakhir, harga minyak jatuh ke posisi terendah dalam 15 bulan terakhir. Saat ini, terbukti volatilitas pasar minyak masih berlanjut akibat tekanan pasar keuangan yang sedang gonjang-ganjing.
Minyak mentah atau crude oil masih tertekan dengan indeks West Texas Intermediate (WTI) turun 0,61 % atau sebesar 66,33 untuk kontrak April 2023. Sementara indeks minyak Brent terkoreksi 0,58 % atau 72,56 poin. Masing-masing dijual dengan harga USD 66.33 per barel untuk WTI dan USD 72.56 untuk Brent pada pembukaan perdagangan Senin (20/3).
Penurunan harga minyak masih melanjutkan kekhawatiran pasar atas melemahnya permintaan tahun ini dan kekhawatiran pasar akan krisis perbankan yang membayangi.
Pasar minyak mengalami kerugian mingguan terburuknya karena investor melakukan aksi jual besar-besaran di tengah kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi tahun ini akan menghalangi permintaan minyak. (ADF)