IDXChannel - Penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax dinilai tidak akan berpengaruh besar untuk membuat konsumen Pertalite beralih ke Pertamax. Hal itu lantaran selisih harga keduanya yang masih cukup lebar.
"Tapi kalau selisihnya tidak terlalu 'menganga' atau taruhlah Rp500-Rp1.000, maka itu akan mendorong konsumen, utamanya yang mampu untuk pindah ke Pertamax," ungkap Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi kepada MNC Portal Indonesia, Jakarta, Jumat (2/6/2023).
Ia meyakini, dengan selisih harga yang tipis, maka konsumen Pertalite akan beralih menggunakan BBM non-subsidi. Hal ini mengingat keunggulan Pertamax yang akan lebih baik untuk mesin kendaraan.
"Dengan migrasi, Pertamax itu kan lebih baik untuk mesin, jadi pemilik mobil pribadi akan pindah ke Pertamax. Tapi kalau selisih harga masih lebar, penurunan Pertamax tidak akan berpengaruh," imbuhnya.
Menurutnya, konsumen Pertamax sudah terbiasa dengan kenaikan ataupun penurunan harga dalam jangka waktu yang tidak begitu lama. Sebab, harganya yang tergantung dengan kondisi minyak dunia.
Adapun variabel yang mempengaruhi harga Pertamax, sambungnya, terdiri dari Indonesian Crude Price (ICP), penguatan kurs Rupiah terhadap dolar AS, hingga tingkat inflasi di dalam negeri.
"Jadi variabel yang paling besar adalah harga minyak dunia. Andai harga minyak dunia naik atau turun, maka Pertamax harus menyesuaikan," pungkasnya.
Sebagai informasi, PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) umum per 1 Juni 2023.
Dilansir dari laman resmi perusahaan, Pertamina menurunkan harga keempat jenis BBM-nya yakni RON 92, Pertamax Turbo, Dexlite hingga Pertamina Dex. Misalnya harga Pertamax, yang mengalami penurunan dari harga semula Rp13.300 per liter menjadi Rp12.500 per liter.
(YNA)