IDXChannel – Inflasi inti Jepang melonjak menjadi 3,7 persen secara tahunan (YoY) pada Mei 2025 berdasarkan data yang dirilis Jumat (20/6/2025). Angka ini menjadi level tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Peningkatan inflasi disebabkan oleh lonjakan harga beras dan makanan olahan. Peningkatan itu memicu kekhawatiran atas daya beli masyarakat serta memperdalam ketidakpuasan terhadap kebijakan ekonomi pemerintah.
Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, harga beras mencatat kenaikan tahunan sebesar 101 persen pada Mei 2025. Angka ini naik dari 98 persen pada April.
Kenaikan juga tercatat pada berbagai produk makanan olahan seperti kopi dan cokelat, seiring ketegangan pasokan domestik dan tekanan biaya global. Inflasi inti, yang tidak mencakup harga makanan segar dan energi, melebihi ekspektasi pasar dan naik dari 3,5 persen pada April.
Sementara itu, menurut Kementerian Pertanian Jepang kenaikan harga beras dipicu oleh penurunan hasil panen akibat perubahan iklim, termasuk musim panas ekstrem dan kekeringan dua tahun berturut-turut. Selain itu, aksi borong warga menyusul peringatan potensi 'megagempa' turut memperburuk kelangkaan pasokan.
Pemerintah telah menggelontorkan cadangan beras nasional sejak Februari 2025. Tak hanya itu, Perdana Menteri Ishiba telah mengumumkan skema bantuan tunai langsung sebesar 20.000 yen per orang dewasa, serta 40.000 yen untuk anak-anak. Namun, efektivitas kebijakan ini masih dipertanyakan oleh pelaku pasar dan akademisi.
Bank of Japan (BoJ) dalam rapat kebijakan pekan ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah. Namun BoJ mengisyaratkan pengurangan pembelian obligasi pemerintah sebagai bagian dari normalisasi kebijakan moneter.
BoJ menekankan pendekatannya akan tetap hati-hati di tengah prospek ekonomi global yang tidak menentu.
(Ibnu Hariyanto)