"Kalau stok, kita sekarang enggak stok banyak-banyak karena dengan harga kenaikan ini butuh penambahan modal jadi kita kurangi stok," ungkap Rudi.
Untuk pembeli, lanjut Rudi, tidak mengalami penurunan. Hanya saja daya beli masyarakat mengalami pengurangan karena kenaikan harga.
"Kalau secara orang enggak berkurang, tapi daya beli berkurang," sambungnya.
Rudi pun tidak mengetahui pasti penyebab dari kenaikan harga beras ini. Terlebih, kenaikan harga juga terjadi menjelang bulan suci Ramadhan.
"Kalau biasanya sih pertama faktor cuaca ya mungkin curah hujan, tapi kalau sekarang kita enggak tahu ya karena apa. Kita enggak tahu pastinya apa. Kita enggak tau nih nanti bulan puasa harga masih segini atau turun atau lebih mahal lagi kita enggak tahu," tuturnya.
Dia berharap pemerintah dapat mencari solusi dengan para pedagang dengan adanya kenaikan beras. Pasalnya, usai kenaikan harga beras akan sulit normal kembali dari harga yang sebelumnya.
"Ya kita berharap pemerintah bisa kasih solusilah, jadi enggak cuma bantuan bansos Bulog itu kalau bisa solusi harga. Karena bansos sekali sebulan, sedangkan orang makan tiap hari," terangnya.
Sementara itu, salah satu ibu tangga Karin (31) mengaku cukup resah dengan kenaikan harga beras ini. Dirinya terpaksa mengurangi jatah untuk membeli beras menyesuaikan dengan anggaran belanja.
"Iya sekarang harga beras naik, mau enggak mau tapi harus tetap beli juga kan. Jadi paling saya kurangi aja, misal sehari 2 liter, sekarang dikurangi," tutur Karin.
(FRI)