Menurutnya Indonesia sebagai salah satu penghasil Porang seharusnya dapat mengolah komoditi tersebut sehingga dapat menjadi menyaingi beras sirataki yang hingga saat ini masih impor dan memiliki harga yang cukup tinggi.
"Walet baru 2 tahun saya tangani, Porang baru 2 tahun kita tangani, beras sirataki yang kita impor dan kita beli dengan harga Rp200 ribu, kenapa kita tidak buat sendiri," tutur Mentan.
Mentan SYL menambahkan beberapa negara yang diterpa perubahan iklim yang cukup ekstrem sangat terganggu dari sektor pertanian. Hal ini menurut Mentan SYL menjadi peluang Indonesia menjual komoditi. Indonesia sebagai negara yang hanya memiliki 2 musim cukup potensial untuk mengembangkan tanaman tersebut.
Meskipun tetap harus pergerakannya harus tetap di kontrol, jangan sampai masa-masa seperti ini justru akan menjadi bumerang sendiri untuk pasar dalam negeri ketika suatu komoditas menjadi langka dan memiliki harga yang tinggi.
"Cuaca lagi ekstrem seluruh dunia, apalagi daerah sub tropis 4 musim itu, kacau mereka dengan pertanian, ini kesepatan sesuai perintah presiden, kita harus ekspor, Mudah-mudahan ini akan mengenergi seluruh Indonesia, untuk melakukan ekspor," pungkasnya.