IDXChannel - Harga minyak dan gas alam dapat meningkat 40 persen jika konflik di Timur Tengah emakin memburuk, Institute of International Finance (IIF) mengatakan dalam laporannya.
"Potensi dampak dari gangguan pasokan terhadap harga energi bergantung pada durasi dan tingkat keparahan gangguan tersebut. Meskipun sulit untuk memprediksi seberapa besar dan berapa lama harga energi akan naik, kami berasumsi harga minyak dan gas alam akan melonjak sebesar 40% pada 2024," tulis analisis yang dipimpin Kepala Ekonom Garbis Iradian dilansir dari Business Insider, Jumat (16/2/2024).
Untungnya, skenario dasar asosiasi ini melihat gejolak yang terjadi saat ini kemungkinan tidak akan meningkat, dengan peluang terjadinya perang regional yang lebih luas hanya sebesar kurang dari 30%.
Namun jika ketegangan tidak terkendali, dampaknya terhadap pasokan minyak dan gas alam dunia akan sangat buruk.
"Seiring dengan peningkatan minyak dan gas alam, biaya pengangkutan dan asuransi akan meningkat secara signifikan, sehingga menciptakan tekanan inflasi yang semakin dalam," imbuhnya.
Dalam pandangan IIF yang lebih pesimistis, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya bisa saja gagal menjatuhkan kapasitas kelompok Houthi dalam menyerang jalur pelayaran Laut Merah, sesuatu yang telah dilakukan secara aktif oleh kelompok pemberontak Yaman sejak akhir 2023.
Jika Houthi bertahan, serangan mereka dapat meluas hingga mencakup kapal tanker minyak dan kapal pengangkut komoditas mentah, seperti besi dan biji-bijian.
Sementara itu, pasokan minyak akan mendapat pukulan lebih besar karena ketidaksetujuan yang lebih luas terhadap tindakan Israel, sehingga berpotensi memicu perang antara Hizbullah dan Israel. Hal ini juga dapat menyeret Iran ke dalam konflik, sehingga mengganggu pengiriman dari Selat Hormuz.
"Sekitar 30% konsumsi minyak global melewati selat ini, dan sebagian besar ekspor minyak dari Arab Saudi, Irak, Iran, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan LNG Qatar juga melewati selat ini," kata Iradian.