Senasib dengan Herman, Duriah (58) yang biasa berdagang tahu dan tempe di kawasan yang sama mengeluhkan harga kedelai yang meroket. Dirinya terpaksa memangkas ukuran tahu dan tempe agar pelanggan tetap membeli di lapaknya.
"Saya jual tahu tetap Rp 4.000 dapat 10 potong tapi kecil-kecil potongannya, lalu tempe beda-beda ada yang Rp 5.000, Rp 7.000, Rp 10.000," katanya.
Sebagai ibu rumah tangga, Duriah ikut pusing tujuh keliling menghadapi naiknya harga bahan pokok. Minyak goreng mahal, yang disubsidi harus antre seharian, cabai pun meroket hingga Rp 80 - Rp 90 ribu.
"Harapannya, ya, pemerintah tolong lah gimana caranya ya, ini kan rakyat, tolong jangan sampai melejit gitulah, kan pemerintah yang bisa menentukan (harga bahan pokok)," ujarnya.
Pembeli tak kalah dirugikan imbas meroketnya harga sembako ini. Desi (39), ibu rumah tangga yang menyambi sebagai penjual lontong sayur dan gorengan mengaku kehilangan pendapatan dan sering menombok belanja modal.