"Prosesnya yang tidak sederhana, butuh analisis mendalam, penelitian yang panjang, dan melibatkan berbagai macam sektor, membuat Fitofarmaka sangat membutuhkan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak secara sinergis," ungkapnya. "Kerja sama itu bisa dengan peneliti, industri, perguruan tinggi, pun Kementerian Kesehatan itu sendiri," lanjutnya.
Lebih lanjut, Sekretaris Perusahaan Indofarma Wardjoko Sumedi menyatakan bahwa potensi pengembangan Fitofarmaka di Indonesia itu cukup terbuka lebar di tengah upaya memasukan kategori produk farmasi ini dalam Formularium nasional (FORNAS).
"Potensi Fitofarmaka ke depan akan sangat bagus karena Fitofarmaka akan diupayakan masuk ke dalam FORNAS sebagai upaya pengobatan promotif dan preventif," katanya.
Dia menjelaskan, sejauh ini pemerintah melalui Kemenkes pun telah memberikan dukungan untuk pengembangan Fitofarmaka. Contohnya dengan membuat kebijakan dan regulasi untuk percepatan pengembangan dan pemanfaatan Fitofarmaka.
"Memfasilitasi kerjasama Riset dan Development dengan lembaga penelitian baik di lingkungan perguruan tinggi maupun di Kementerian Kesehatan (Litbangkes dan B2P2TOOT Tawangmangu, BALITRO) dan lain-lain," jelasnya.