Program strategis yang dijalankan di antaranya perpanjangan Program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bagi tujuh sektor industri, fasilitasi sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dan penguatan struktur industri berbasis sumber daya lokal.
"Dengan kinerja industri yang tetap ekspansif dan optimisme pelaku usaha yang terus meningkat, sektor manufaktur diyakini akan semakin berperan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional dan penyerapan tenaga kerja pada periode mendatang," kata Febri.
Sebelumnya, Kemenperin juga merilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Oktober 2025 yang tetap berada di zona ekspansi dengan nilai 53,50.
Angka ini meningkat 0,48 poin dibandingkan September 2025 sebesar 53,02, serta lebih tinggi dari capaian pada periode yang sama tahun lalu yaitu 52,75 poin.
Dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisis, terdapat 22 subsektor yang mengalami ekspansi dengan kontribusi sebesar 98,8 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas Triwulan II-2025.
Namun, satu subsektor mengalami kontraksi yaitu Industri Tekstil (KBLI 13), yang masih terdampak pelemahan konsumsi dalam negeri serta tekanan dari peningkatan impor benang dan kain.
Dilihat dari komponen pembentuk indeks, peningkatan IKI bulan Oktober ditopang oleh menguatnya permintaan (demand) yang tercermin pada variabel pesanan baru, naik 1,46 poin menjadi 55,25, serta persediaan yang tetap ekspansif di level 56,52, meningkat 0,66 poin dibandingkan bulan sebelumnya.
Di samping itu, variabel produksi masih berada pada fase kontraksi pada angka 48,57.
"Fase kontraksi pada produksi ini telah terjadi selama lima bulan berturut-turut. Kondisi tersebut menunjukkan pelaku industri masih berhati-hati dalam menambah output produksi, mengingat permintaan belum sepenuhnya pulih dan banyak perusahaan masih memanfaatkan stok yang tersedia," kata dia.
(NIA DEVIYANA)