IDXChannel – Presiden Joko Widodo ( Jokowi) memprediksi Indonesia masuk dalam jajaran negara berpendapatan tertinggi di dunia. Untuk mewujudkannya, pemerintah berupaya terus mendorong pertumbuhan ekonomi dan perbaikan iklim investasi.
Menteri Perdagangan (Mendag),Muhammad Lutfi, juga menyampaikan bahwa Indonesia harus mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan ke level 5,7 persen.
Mendag pun berharap pemerintah bersama seluruh jajaran kementerian dapat menaikan GDP di angka 3,9 persen. Sementara GDP per capita dengan nilai dari USD 4.000 menjadi USD 10.000 pada tahun ini.
“Yang tadinya 3,4 persen GDP ekspor impornya kita positif 35 miliar tahun lalu, dan terus kita pacu 50 persen dan kita terus memacu pertumbuhan ini,” tambahnya.
Selain itu, pemerintah harus membuat iklim investasi selalu menjadi yang terbaik. Menurut dia, reformasi tak boleh berhenti, komponen investasi harus naik, industrialisasi terus ditingkatkan, serta mendorong pertumbuhan ekspor dan impor.
“Apa yang disampaikan Presiden Jokowi, Indonesia akan menjadi negara berpendapatan tinggi nomor lima di dunia di tahun 2045 bisa diwujudkan dan ada beberapa hal yang harus kita pacu,” kata Mendag dalam Focus Group Discussion (FGD) Kedua dari Serial Diskusi Pra RAKERNAS I Partai NasDem, Rabu (8/6/2022).
Setelah pandemi, Mendag mengatakan Indonesia mengalami ‘supply atau demand lacking behind ‘ di sektor pangan dan rantai pasok dunia artinya pertumbuhan lebih tinggi dari pada pertumbuhan suplai.
“Tak hanya itu, pengaruh geopolitik dan geostrategi dunia terhadap energi dan lingkungan hidup nasional, dan mengenai bagaimana pengaruh geopolitik dan geostrategi dunia terhadap pangan,” tambahnya.
Dengan begitu, Pemerintah harus selalu mempersiapkan langkah-langkah preventif dengan cepat dan tepat untuk menghindarkan negara kita dari efek negatif yang dapat mengganggu perekonomian Indonesia.
Misalnya, bagaimana langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk menghadapi ancaman kenaikan harga dan kelangkaan pangan. “Ketika permintaan naik, supply juga naik, ini yang membuat minyak naik sesuai kebutuhan dan ini naik luar biasa sebelum adanya perang atau agresi militer,”tandasnya. (FRI)