IDXChannel - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno marsudi melakukan lawatan ke Tunisia pada Kamis (21/12/2023). Kedua negara sepakat mempercapat negosiasi kesepakatan perdagangan dan menjajaki kerja sama industri pupuk.
Selama kunjungan, Retno melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Nabil Ammar. Dia juga berkesempatan menemui Presiden Kais Saied dan Perdana Menteri Ahmed Hachani.
"Hubungan bilateral Indonesia-Tunisia telah berkembang dengan baik. Dua negara memiliki ikatan politik yang sangat kuat. Ikatan politik yang kuat ini harus dijadikan fondasi untuk memperkokoh kerja sama ekonomi," terang Retno dalam press briefing seusai kunjungan.
"Ada dua hal utama yang kita dorong dalam kunjungan kali ini, yaitu percepatan penyelesaian negosiasi Preferential Trade Arrangement (PTA) dan upaya untuk segera merealisasikan kerja sama fosfat untuk industri pupuk," jelasnya.
Terkait dengan PTA, negosiasi sudah berjalan sejak 2018. Enam putaran negosiasi dilakukan, terakhir pada 2022.
Indonesia dan Tunisia berkomitmen untuk mempercepat negosiasi. Keduanya akan berusaha semaksimal mungkin agar negosiasi dapat selesai tahun depan.
Dengan implementasi PTA, hubungan perdagangan kedua negara diyakini akan semakin kokoh. Volume perdagangan Indonesia-Tunisia terus tumbuh, rata-rata 29.39% per tahun sejak 2018. Tahun lalu, volume perdagangan tercatat USD215,3 juta, ini adalah angka tertinggi sejak 2018.
"Terkait dengan fosfat untuk industri pupuk. Sebagaimana rekan-rekan ketahui, dengan banyak konflik yang terjadi di dunia, maka pasokan pupuk sempat terganggu," ucapnya.
"Untuk itu, kita perlu memperkuat industri pupuk dalam negeri, salah satunya dengan diversifikasi suplai bahan baku. Di dalam konteks inilah, PT Pupuk Indonesia sedang dalam proses deal dengan Tunisia, yang merupakan salah satu eksportir fosfat terbesar di dunia. Dan ini sangat penting artinya untuk dukung keamanan pangan Indonesia," pungkasnya. (WHY)