Market Watch
Last updated : 16:15 WIB 31/05/2023

Data is a realtime snapshot, delayed at least 10 minutes

Major Indexes
  • IHSG
  • 6,633.26
  • -3.16
  • -0.05%
  • LQ45
  • 949.67
  • +6.57
  • +0.7%
  • IDX30
  • 494.61
  • +4.07
  • +0.83%
  • JII
  • 530.52
  • -7.10
  • -1.32%
  • HSI
  • 18,949.94
  • +733.03
  • +4.02%
  • NYSE
  • 15,031.08
  • +143.94
  • +0.97%
  • STI
  • 3,166.30
  • +7.50
  • +0.24%
Currencies
  • USD-IDR
  • 14,990
  • 0.00%
  • 0
  • HKD-IDR
  • 7
  • 0.00%
  • 0
Commodities
  • Emas
  • 943,493
  • -0.08%
  • -786
  • Minyak
  • 1,028,614
  • -1.21%
  • -12,592

Inflasi AS September Tembus 8,2 Persen YoY

Economics
Dinar Fitra Maghiszha
13/10/2022 19:56 WIB
AS mencatatkan tingkat inflasi periode September 2022 mengalami kenaikan sebesar 8,2% yoy, dan inflasi inti 6,6%.
Inflasi AS September Tembus 8,2 Persen YoY (Dok.MNC)
Inflasi AS September Tembus 8,2 Persen YoY (Dok.MNC)

IDXChannel - Amerika Serikat mencatatkan tingkat inflasi periode September 2022 mengalami kenaikan sebesar 8,2% secara year on year (yoy). Persentase tersebut lebih rendah dari periode Agustus 2022 sebesar 8,3% yoy, dan Juli 2022 yang mencapai 8,5% yoy.

Data Departemen Tenaga Kerja juga mencatat inflasi inti naik 6,6% yoy di bulan September, yang merupakan terbesar sejak 1982. Sedangkan inflasi inti bulanan (MoM) naik 0,6%. Namun, secara historis sepanjang tahun ini, persentase 8,2% merupakan level terendah sejak Februari 2022

Laporan inflasi ini merupakan rilis terakhir sebelum Negeri Paman Sam memasuki periode pemilihan umum (pemilu) legislatif pada 8 November mendatang. Lonjakan harga yang cukup fantastis dengan proyeksi tren suku bunga tinggi diperkirakan dapat membawa AS dalam jurang resesi.

Para pakar sebelumnya memprediksi inflasi AS mencapai 8,1% yoy, sebagaimana tersaji dalam survei FactSet. Sedangkan inflasi inti sebelumnya diperkirakan naik 0,4% dari bulan Agustus lalu.

Lonjakan harga di tingkat konsumen akan menjadi tumpuan bagi bank sentral AS / Federal Reserve untuk mengerek suku bunganya pada pertemuan selanjutnya. Seperti diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga hingga 300 bps sejak Maret lalu, yang notabene merupakan kenaikan tercepat sejak awal 1980-an.

Kenaikan tersebut dimaksudkan untuk menaikkan biaya pinjaman di sektor properti, pinjaman pembelian kendaraan, dan kredit bisnis lainnya, dilansir Associated Press, Kamis (13/10/2022).

Sementara itu, risalah pertemuan terbaru The Fed pada akhir September lalu juga menunjukkan belum adanya kemajuan dalam perjuangan mereka melawan inflasi.

Para pejabat Fed sebelumnya memproyeksikan bahwa mereka akan menaikkan suku bunga acuan dengan tambahan 1,25 persentase selama dua pertemuan berikutnya pada bulan November dan Desember. Apabila itu terjadi, maka akan menempatkan suku bunga utama The Fed dalam level tertinggi dalam 14 tahun.

(IND) 

Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis IDX Channel tidak terlibat dalam materi konten ini.