Inflasi Meningkat, BI Diprediksi Naikkan Suku Bunga Dua Kali di Semester II-2022

IDXChannel - Presiden Direktur Bahana TCW, Rukmi Purborini mengatakan pemulihan perekonomian dunia diperkirakan akan terus berlanjut bersamaan dengan tingginya inflasi global. Namun dengan perbaikan rantai pasokan, inflasi berpotensi untuk perlahan mereda. Normalisasi inflasi berpeluang lebih cepat terjadi di negara berkembang yang telah terlebih dahulu menaikan suku bunga sejak 2021.
Di lain sisi, Bank sentral Amerika serikat (AS) baru akan menaikan suku bunganya di pertengahan 2022 setelah menyelesaikan proses pengurangan pembelian asetnya (tapering).
"Bank Indonesia berpotensi mulai menaikkan suku bunga di semester kedua 2022 sebanyak dua kali (2x25bps) untuk mengantisipasi kenaikan inflasi domestik," ujar Rukmi di Jakarta (17/1/2022).
Dia juga menilai tools kebijakan bank sentral lainnya akan tetap terjaga akomodatif untuk mendukung pemulihan kredit dan ekonomi. "Inflasi diperkirakan meningkat ke kisaran 3%, sejalan dengan kembalinya daya beli masyarakat dan kenaikan harga energi seperti listrik dan BBM," tambahnya.
Kemudian pemulihan ekonomi 2022 akan lebih didorong oleh peran sektor swasta, menggantikan pemerintah yang mulai mengurangi belanjanya. Kami mengekspektasikan rupiah terjaga stabil seiring dengan reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja yang berpotensi menarik investasi asing ke Indonesia.
Reksa dana saham diproyeksi menjadi instrumen paling menarik selain reksa dana pasar uang yang akan kembali memberikan imbal hasil yang menarik seiring kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Sedangkan reksa dana pendapatan tetap (obligasi) diperkirakan akan memberikan return single digit.
Di 2022, fundamental makro yang diproyeksikan akan lebih baik dan sentimen eksternal yang terus memperkuat perekonomian nasional, diharapkan dapat menjaga kondusifitas investasi di Indonesia.
"Didorong oleh optimisme ini, kami juga berkomitmen untuk tetap fokus berinovasi melalui produk, layanan dan sistem kami agar dapat terus menghadirkan produk-produk investasi dikelola dengan baik dan berorientasi pada profitabilitas yang baik pula,” tutup Rukmi. (TIA)