Menurutnya, realiasi EBT ke pembangkit membutuhkan anggaran atau investasi yang sangat besar. Hal itu akan berpengaruh pada harga listrik hingga memengaruhi konsumsi listrik masyarakat.
Erick menilai, kondisi itu belum siap diterima masyarakat Indonesia, lantaran harga listriknya mahal.
"Kalau EBT pertanyaannya harganya mahal kan? Yang nanggung bisa juga rakyat, siap enggak rakyat kita? Kalau di luar negeri, bayar listrik dan BBM lebih mahal karena orang bayar, kita kan belum siap," katanya.
"Orang tingkat kemiskinan kita masih terasa, kesenjangan masih terasa, jadi itu yang kita jaga. Sama industri-industri kita, kalau listriknya mahal enggak akan kompetitif," pungkas Erick.
(FAY)