"Kalau dilihat dari sisi konsumsi bahan bakar terutama ya, ini jauh lebih murah. Kalau dari sisi perawatan, ini jauh lebih murah di bawah 50 persen. Artinya memang kalau dari sisi harga beli tinggi, tapi dari perawatan dia jauh lebih murah. Yang tidak berkurang adalah biaya SDM aja, kalau dari sisi yang lain lebih murah," jelasnya.
Masih kata dia, pengoperasian bus listrik oleh PT Transjakarta melalui PPD tinggal menunggu pembahasan e-Katalog oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pada Juni dan Desember 2021 nanti dipastikan sebanyak 100 unit bus listrik telah beroperasi secara bertahap, meskipun belum diketahui pasti operator mana yang bakal digunakan.
"Target di bulan Juni nanti pasti akan ada operasi bus listrik, tapi saya nggak tahu siapa operatornya. Nanti di Desember ada lagi, tapi siapa operatornya? tinggal nunggu e-katalog nya," ucapnya.
Pandu dan jajarannya pun sempat mengecek kondisi bus listrik MAB 12E. Diketahui, unit bus MAB 12E diproduksi pada tahun 2016 dan telah dilaunching pada tahun 2017 lalu. Hingga saat ini, sudah ada 3 perusahaan asing yang menggunakan produk anak bangsa tersebut.
"Ini produksi dalam negeri," ujarnya.
Direktur Teknik PT MAB, Bambang Tri Soepandji, menerangkan, unit bus listrik MAB 12E tak 100 persen diproduksi dalam negeri karena beberapa komponennya tetap dipasok dari luar negeri. Misalnya, baterai yang dipesan dari CATL produsen baterai terbesar di dunia dan motor penggerak serta transmisi disuplai dari Amerika Serikat.