IDXChannel - Seorang miliarder pertambangan asal Australia, Andrew Forrest, mengeluarkan dana sebesar USD25 miliar untuk membantu Ukraina membangun kembali negaranya yang hancur akibat invasi Rusia Februari lalu.
Forrest dan istrinya, berkomitmen membantu sebesar USD500 juta pada awalnya, yang kemudian menurut penyelenggara bantuan tersebut meningkat menjadi USD100 miliar.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menyambut baik bantuan tersebut.
"Fakta bahwa apa yang telah dihancurkan oleh Rusia dapat dengan mudah diganti dengan infrastruktur hijau dan digital terbaru yang paling modern," kata Zelensky dilansir BBC, Jumat (18/11/2022).
Program Inisiatif Pertumbuhan Hijau Ukraina berencana berinvestasi dalam infrastruktur utama seperti energi dan jaringan telekomunikasi.
Penggalangan dana bantuan untuk investasi tersebut dilakukan oleh Larry Fink, ketua raksasa investasi BlackRock, dan berharap mendapatkan dukungan dari dana kekayaan negara dan investor profesional lainnya.
Forrest mengelola dana investasi tersebut sejak awal Maret dan ia telah mendiskusikan rencana tersebut dengan sejumlah pemimpin dunia termasuk Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris saat itu, Boris Johnson, dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
"Presiden (Zelensky) melihat itu sebagai kesempatan untuk sepenuhnya mengganti pembangkit listrik tenaga batu bara dan nuklir lama dengan energi hijau baru," kata Forrest kepada BBC.
Modal itu akan tersedia segera setelah pasukan Rusia disingkirkan dari tanah air Ukraina," tambah dia.
Invasi Rusia terhadao Ukraina telah menyebabkan sebagian besar infrastruktur negara itu hancur dan rusak.
Serangan rudal Rusia baru-baru ini telah menargetkan jaringan energi Ukraina termasuk pembangkit listrik.
Pada Juli, Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal mengatakan bahwa Ukraina membutuhkan dana sebesar USD750 miliar untuk pulih dari perang. Invasi tersebut juga telah menyebabkan kerusakan langsung pada infrastruktur dan kerugian diperkirakan mencapai USD100 miliar.
Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang memerintahkan Rusia harus menghadapi konsekuensi atas tindakannya, termasuk membayar ganti rugi.
Sementara itu, Rusia menolak seruan internasional untuk membayar kerusakan perang yang ditimbulkannya di Ukraina. (NIA)
Penulis: Ahmad Dwiantoro