Menurut aplikasi HotelPlanner, harga sewa tiap kamar bintang lima untuk menginap semalam pada Minggu malam hingga Senin pagi, dilaporkan mencapai 1.200 poundsterling, atau sekitar Rp20,5 juta. Harga bahkan diperkirakan bakal berlipat ganda dalam lima hari ke depan, mengingat sebagian hotel telah mengalami okupansi mencapai 95 persen, dengan 60 persen penyewa merupakan pengunjung asing.
Tak hanya hotel-hotel mewah, jaringan hotel kelas standar juga dibanjiri penginap, hingga lebih dari selusin hotel Whitbread, pemilik Premier Inn, di pusat kota, mengaku sudah penuh dipesan. Travelodge, yang memiliki 78 hotel di ibu kota, bahkan mengklaim telah melihat kenaikan pemesanan dari seluruh Inggris.
Sementara untuk tiket pesawat, masih berdasarkan data Hopper, harga rata-rata untuk penerbangan pulang-pergi dari Amerika Serikat ke London pada tanggal 15, 16 dan 17 September masing-masing mencapai USD1,12, USD1,054 dan USD967. Sebagai perbandingan, harga rata-rata untuk penerbangan trans-atlantik pulang pergi 'hanya' USD710.
Data dari perusahaan analis STR menunjukkan bahwa, lonjakan perjalanan karena pelonggaran pembatasan pandemi, sehingga telah mendorong harga hotel ke rekor tertinggi musim panas ini. Orang Inggris juga telah menghabiskan banyak uang untuk perayaan Platinum Jubilee Elizabeth selama akhir pekan, empat hari di bulan Juni.
Sementara, nilai tukar Poundsterling yang sedang melemah juga menjadi faktor penguat, sehingga orang-orang dari luar negeri tertarik untuk melakukan perjalanan ke London. Gelombang ini juga diyakini bakal menguntungkan para pengusaha restoran, pub, dan museum yang selama ini masih belum pulih dari pandemi, terimbas inflasi yang terus meninggi. (TSA)
Penulis: Nur Pahdilah