sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jepang Hadapi Krisis, Impor Beras Sektor Swasta Naik Tajam Capai 10.600 Metrik Ton

Economics editor Ibnu Hariyanto
28/06/2025 02:05 WIB
Jepang mencatat lonjakan tajam dalam impor beras konsumsi oleh sektor swasta pada Mei 2025.
Jepang mencatat lonjakan tajam dalam impor beras konsumsi oleh sektor swasta pada Mei 2025.
Jepang mencatat lonjakan tajam dalam impor beras konsumsi oleh sektor swasta pada Mei 2025.

IDXChannel – Jepang mencatat lonjakan tajam dalam impor beras konsumsi oleh sektor swasta pada Mei 2025. Sebab, Jepang menghadapi krisis pasokan domestik yang makin menekan konsumen dan pengambil kebijakan. 

Dilansir Channel News Asia, Jumat (27/6/2025), berdasarkan data resmi, sekitar 10.600 metrik ton beras diimpor oleh perusahaan dagang dan grosir. Jumlah ini naik signifikan dibandingkan total 3.004 ton sepanjang tahun fiskal sebelumnya.

Meskipun angka ini masih kecil dibandingkan konsumsi nasional sekitar 7 juta ton per tahun, tren lonjakan impor tersebut menjadi indikasi serius memburuknya ketahanan pangan Jepang. Permintaan tinggi dan tekanan harga yang ekstrem mendorong banyak pelaku pasar mencari pasokan alternatif dari luar negeri, termasuk dari Amerika Serikat.

Harga beras domestik telah melonjak dua kali lipat sejak tahun lalu, terutama akibat gelombang panas yang merusak panen 2023, disusul oleh pembelian panik pascagempa bumi, serta ledakan permintaan dari sektor pariwisata. Hal ini memperparah ketegangan antara permintaan dan pasokan, memicu kekhawatiran luas di kalangan masyarakat.

Sebagai respons, pemerintah mulai melepas cadangan beras nasional ke pasar ritel pada akhir Mei. Harga subsidi yang ditawarkan sekitar 2.000 yen untuk 5 kilogram atau kurang dari setengah harga pasar saat ini. Bantuan itu memberikan sedikit kelegaan bagi konsumen di tengah krisis harga.

Tradisi proteksionisme pangan Jepang membuat negara ini sebelumnya sangat jarang membuka kran impor bebas. Namun, tarif tinggi 341 yen per kilogram kini tak lagi menjadi penghalang utama karena desakan pasokan mendesak restoran, ritel, dan konsumen untuk beralih ke opsi impor.

Dalam langkah antisipatif, pemerintah Jepang mempercepat jadwal tender untuk kuota impor bebas tarif 100.000 ton per tahun yang diatur WTO. Tender kini dimajukan ke Juni dari sebelumnya September untuk meredam gejolak harga dan stabilisasi pasokan jangka pendek.

Krisis ini menyoroti kerapuhan ketahanan pangan Jepang, yang rentan terhadap perubahan iklim, bencana alam, dan volatilitas global pascacovid-19. Lonjakan impor beras, yang dulunya tabu secara politik dan ekonomi, kini menjadi instrumen darurat untuk menjaga stabilitas pangan nasional.

(Ibnu Hariyanto)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement