Oleh karena itu, agar kendaraan listrik bisa mendapatkan setengah dari kredit pajak, sebagian mineral penting dalam baterainya harus diproses di AS atau kelompok negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA).
Atas hal itu maka Arifin menuturkan bahwa, salah satu mineral yang difokuskan dalam program tersebut adalah nikel. Arifin menilai, nikel merupakan mineral yang paling kritikal untuk dibahas.
“Ya nanti kita bisa masuk produk nikel kita bisa masuk ke sana, kan nanti harus ada Free Trade Agreement (FTA). Karena mineral ini kan sangat dibutuhkan untuk membantu energi transisi,” pungkasnya. (NIA)