sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jokowi Diminta Tegur Menhub Terkait Usulan Pembeda Taril KRL

Economics editor Heri Purnomo
30/12/2022 12:42 WIB
Permintaan tersebut menyusul wacana pembeda tarif KRL antara si kaya dan miskin. 
Jokowi Diminta Tegur Menhub Terkait Usulan Pembeda Taril KRL. Foto: MNC Media.
Jokowi Diminta Tegur Menhub Terkait Usulan Pembeda Taril KRL. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Komunitas Pengguna KRL Jabodetabek (KRL Mania) meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegur Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.

Permintaan tersebut menyusul wacana pembeda tarif KRL antara si kaya dan miskin. 

Mereka berpendapat pengguna KRL dan angkutan umum massal lainnya sebenarnya adalah pahlawan transportasi, anggaran, dan iklim. 

"KRL Mania menyerukan kepada Presiden Jokowi untuk menegur Menteri Perhubungan, karena usulan kontroversial membagi penumpang KRL kaya dan miskin," kata Humas KRL Mania Gusti dalam keterangan tertulis, Jumat (30/12/2022). 

Gusti mengatakan pengguna KRL adalah mereka yang rela menggunakan angkutan umum untuk memperlancar jalan di Jabodetabek. 

Sebagian pengguna memilih meninggalkan kenyamanan kendaraan pribadi, dan berdesakan di KRL.

Selain itu, penggunaan transportasi massal seperti KRL mengurangi melonjaknya BBM Subsidi dan Kompensasi, yang tahun ini saja dianggarkan lebih Rp260 triliun. 

"Dapat dibayangkan lonjakan APBN jika pengguna KRL sejumlah sekitar 800 ribu beralih menggunakan kendaraan pribadi, serta mengisi pertalite dan biosolar subsidi," katanya. 

Tidak hanya itu, Gusti menjelaskan pengguna KRL juga  mengurangi emisi karbon di Jabodetabek. Menurut data, total emisi karbon dari sektor Transportasi di Jakarta saja mencapai 182 juta ton. Pemakaian 1 liter mobil bensin mengeluarkan emisi sekitar 2,3 kg karbon.

"Alasan lain adalah, praktek pembedaan tarif akan menyebabkan kerumitan. Selain kriteria yang tidak jelas, dapat terjadi kekacauan karena ada yang merasa berhak untuk duduk atau perlakuan lebih lain. Akan ada keributan antara 'kaya' dan 'miskin', yang diakibatkan kebijakan tersebut," katanya. 

Sama halnya dengan KRL Mania, Ketua Pengurus YLKI Tulus Abadi menilai Rencana tersebut merupakan ide yang absurd atau aneh.

“Jadi wacana pembedaan tarif KRL atas dasar status sosial ekonomi penumpang KRL ini ide yang absurd,” kata Tulus.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement