IDXChannel – Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus menilai, diksi yang digunakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait benci produk asing kurang tepat. Menurut dia, hal ini bisa memicu retaliasi atau pembalasan oleh dunia internasional sehingga terjadi perang dagang.
“Memang maksudnya baik, jadi maksud Pak Presiden itu kan bagaimana caranya kita bisa meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Namun, penggunaan diksinya itu saya rasa kurang tepat karena ini bisa memicu retaliasi karena kalau dunia internasional mengetahui tagline tersebut apalagi kalau sudah menjadi tagline gitu ya, tentu ini tidak disukai oleh para mitra dagang kita,” ujarnya dalam acara Market Review IDX Channel, Selasa (9/3/2021).
Ahmad menjelaskan, hal ini pada akhirnya bisa memicu protes dari mitra dagang Indonesia. Sehingga nantinya akan mempersulit produk ekspor Indonesia sendiri apabila ingin melakukan penetrasi pasar. Di sisi lain, tentu harus ada strategi yang dibangun di tengah maraknya liberalisasi perdagangan.
“Justru yang kita butuhkan sekarang bagaimana kita bisa meningkatkan ekspor semaksimal mungkin ya, kita bisa melakukan penetrasi pasar. Di sisi lain kita juga bisa melakukan subtitusi impor,” jelas dia.
Selain itu, jika dilihat dan dibandingkan tagline yang dibangun atau yang dibuat oleh negara lain itu tidak ada yang sifatnya diskriminatif seperti itu. Jadi kalau kita lihat contohnya di China itu “Made in China 2025”, di India menggunakan kalimat “Make in India”, kita juga semestinya perlu ada tagline yang bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri dan rasa bangga apabila kita menggunakan produk dalam negeri,” tambah Ahmad.(TIA)