Sayangnya, sepanjang 2022, menurut data BPS, Indonesia dengan Australia mengalami defisit dagang mencapai USD6 miliar.
Adapun nilai impor dari negara tersebut mencapai USD9,23 miliar, lebih tinggi dibanding nilai ekspor Indonesia ke Australia yang hanya USD3,22 miliar.
Angka ini lebih besar dibanding defisit pada 2021 sebesar USD6,2 miliar. Defisit tahun lalu nampaknya menjadi defisit paling besar sejak 1989.
Sepanjang 2021, nilai ekspor barang Indonesia ke Australia tumbuh 28,62 persen (yoy) menjadi USD3,22 miliar.
Sementara nilai impor Indonesia dari negara tersebut tumbuh 102,83 persen (yoy) sebesar USD9,42 miliar pada 2021.
Beberapa komoditas utama yang diimpor Indonesia dari Australia di antaranya Batu bara, serealia seperti gandum, bijih besi, minyak dan gula. Sementara komoditas utama yang diekspor Indonesia ke Australia di antaranya minyak, erlengkapan televisi, kayu, pupuk, hingga besi dan baja.
Secara keseluruhan, komoditas penyumbang defisit terbesar ke Australia pada 2022 adalah bahan bakar mineral yang mencapai USD1,93 miliar, serealia USD1,72 miliar, serta bijih logam, terak dan abu USD880 juta. (ADF)