Adapun nikel pada akhirnya pemerintah berpeluang mendapat USD35-40 miliar, namun turunannya belum rampung.
Sehingga, jika dibandingkan di neraca dagang Indonesia pada tahun 2012 itu minus USD7,7 miliar dengan RRT atau China. Kemudian pada 2021 karena sudah ekspor besi baja, defisit Indonesia berkurang menjadi minus USD2,4 miliar. "Tahun ini kita pastikan dengan RRT, plus surplus," tegasnya.
Dengan demikian, Jokowi mendorong Kadin untuk menggaet investor untuk berinvestasi terkait sektor tambang ini. Hal itu berguna untuk tambahan modal terkait digitalisasi juga capital inflow.
(SAN)