IDXChannel - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka kemiskinan di Indonesia pada Maret 2025 mencapai 23,85 juta jiwa, atau 8,74 persen dari total populasi. Angka ini menurun 0,2 juta jiwa dibandingkan September 2024.
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, mengungkapkan angka ini merupakan yang terendah selama dua dekade terakhir. Namun, dia juga menyoroti adanya dinamika yang berbeda antara wilayah perkotaan dan perdesaan.
"Angka kemiskinan di tahun 2025 ini merupakan terendah ya selama dua dekade terakhir," ujar Ateng dalam konferensi pers Rilis BPS, Jumat (25/7/2025).
Ateng menjelaskan bahwa BPS sebagai lembaga pencatat, telah mengidentifikasi beberapa faktor yang diduga menyebabkan penurunan kemiskinan secara total.
Kendati demikian, Ateng mengajak untuk mencermati lebih dalam pergerakan kemiskinan di daerah kota dan perdesaan, karena dinamikanya berbeda.
"Kemiskinan nasional di kota pada 12 September 2024 naik 0,07 poin. Sementara di daerah perdesaan turun 0,31 poin," kata dia.
Artinya, meskipun secara nasional turun, kemiskinan di perkotaan justru mengalami sedikit kenaikan, sementara di perdesaan menunjukkan penurunan yang lebih signifikan.
Ateng membeberkan beberapa kondisi sosial ekonomi yang terkait dengan kenaikan kemiskinan di perkotaan seperti peningkatan setengah penganggur.
"Jumlah setengah penganggur di perkotaan pada Februari 2025 meningkat 0,46 juta jiwa dibandingkan dengan Agustus 2024," kata Ateng.
Setengah penganggur adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam, namun masih aktif mencari pekerjaan, menunjukkan adanya underemployment.
Penduduk kota yang sebagian besar tidak memproduksi sendiri makanan, sangat rentan terhadap kenaikan harga, yang langsung berpengaruh pada daya beli, terutama bagi rumah tangga miskin dan rentan miskin.
"Sebagian besar komoditi pangan mengalami kenaikan harga. Seperti kami mencatat ada minyak goreng, cabai rawit, bawang putih," kata Ateng.
Meskipun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara umum turun dari 4,91 persen (Agustus 2024) menjadi 4,76 persen (Februari 2025), ada fenomena menarik berdasarkan jenis kelamin.
"Tingkat pengangguran terbuka laki-laki naik dan perempuan menurun," kata Ateng.
Kenaikan TPT laki-laki ini terjadi di wilayah perkotaan, dari 5,87 persen pada Agustus 2024 menjadi 6,06 persen pada Februari 2025.
"Kita ketahui bahwa laki-laki kan sebagian besar ya ujung tombak dalam perekonomian, dalam bekerja. Jadi kenaikan TPP pada laki-laki ini akan berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di perkotaan," kata dia.
(NIA DEVIYANA)