Kementerian BUMN, lanjut Arya, mempercayai bahwa hasil investigasi atas laporan Erick Thohir didasarkan pada data-data valid. Bahkan, temuan tersebut melengkapi laporan awal yang diajukan Erick Thohir.
Arya memastikan pihaknya terus membuka diri terhadap laporan tindak pidana korupsi yang diduga terjadi di internal perusahaan pelat merah. Laporan itu akan divalidasi dan selanjutnya ditindak lanjut ke pihak penegakan hukum.
"Jadi, kita percayakan saja ke kejaksaan, hasil investigasi Kejaksaan, kan pasti lebih lengkap lagi temuan mereka daripada kami, tapi paling engga dari hasil audit yang kami lakukan, kami adukan setelah itu dia, artinya kami sudah siap membuka diri, jadi bukan dari posisi tertutup ditangkap, kita kan membuka diri, lalu ngasih data, silahkan liat alurnya kalau di keuangan kami seperti ini, kalau di investigasi secara hukum kan bisa beda juga," ungkap dia.
Albert memang cukup berpengalaman di industri penerbangan nasional, khususnya di internal Garuda Indonesia sejak 2005. Saat itu dia menjabat sebagai VP Treasury Management emiten dengan kode saham GIAA periode 2005-2012.
Sejak itu, dia terlibat aktif dalam beberapa kegiatan bisnis Garuda. Misalnya, terlibat dalam transaksi di bidang aircraft leasing, aircraft financing, corporate and debt restructuring dan initial public offering (IPO) Garuda Indonesia.
Kiprah Albert Burhan itulah menjadi alasan utama Erick Thohir memberikan kepercayaan kepadanya untuk menata kembali bisnis anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor penerbangan itu, setelah dia menjabat sebagai Dirut PT Citilink Indonesia.
Di dunia penerbangan dalam negeri, Albert terakhir menjabat sebagai CEO PT Aero Jasa Cargo, anak perusahaan Garuda di bidang logistik. Dalam catatan MNC Portal Indonesia, Erick Thohir memberi harapan besar terhadap Albert Burhan untuk mentransformasikan bisnis PAS. Bahkan, penunjukan itu diklaim sebagai langkah pembenahan perseroan. "Artinya kan kita lagi benahi mereka, Pelita Air. Kita benahilah supaya bagus," ungkal Arya.