“Kalau melihat proyeksi kebutuhan, ini sangat jauh dari produksi etanol yang dihasilkan di dalam negeri. Sehingga, perlu sumber-sumber lain untuk diversifikasi bahan baku bioetanol, bukan hanya bahan dari molase (tebu), tapi bisa juga dari jagung atau singkong,” kata Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis Pertamina New Renewable Energy (Pertamina NRE) Fadli Rahman saat diskusi bersama media di Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Dia menambahkan, perlu waktu lama untuk mengembangkan BBM alternatif dari bioethanol. Hal ini akibat keterbatasan bahan baku karena harus bersaing dengan kebutuhan pangan yang diperkukan sehari-hari. Apalagi belakangan ini, salah satu bahan bioetanol yakni molase merupakan komoditas perdagangan yang laku di luar negeri.
Selain itu, untuk mengakselerasi bioetanol diperlukan mandat khusus seperti saat mengimplementasikan biodiesel yang berasal dari bahan baku minyak sawit.
Upaya Pertamina dalam menyediakan bioetanol yang saat ini sedang berjalan adalan bekerja sama dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) untuk membangun pabrik bioetanol berbasis molase di Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur. Pabrik tersebut nantinya akan memiliki kapasitas 30 ribu KL per tahun.