Noer Isrodin menambahkan kegiatan workshop tersebut akan diadakan selama tiga hari di Labuan Bajo Flores mulai 28-30 Mei 2024. Workshop itu dimulai dengan Sosialisasi Protokol Keamanan dan Keselamatan, Pelaksanaan Workshop Peningkatan Kesadaran Kolektif Masyarakat, dan ditutup dengan Pelaksanaan Kegiatan Latihan simulasi keselamatan di destinasi pariwisata dan Pengukuhan Kelompok Wisata Berbasis SAR.
Pelatihan tersebut juga akan diisi dengan praktik prosedur manajemen informasi krisis pariwisata, prosedur penanganan perdarahan dan cedera alat gerak, prosedur penanganan korban tidak sadarkan diri, prosedur penanganan luka bakar, dan prosedur evakuasi korban.
Di sisi lain, Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Barat, Fransiskus Sales Sodo menyampaikan apresiasi kepada Basarnas dan Kemenparkeraf yang telah menyelenggarakan kegiatan tersebut.
“Saya mewakili pemerintah daerah menyampaikan apresiasi kepada Basarnas dan jajarannya serta Kemenparekraf dan juga BPOLBF yang telah menginisiasi kegiatan hari ini. Ini adalah kegiatan yang sangat strategis terutama untuk menunjang Labuan Bajo sebagai DPSP yang aman dan nyaman, terutama mengingat destinasi wisata di Labuan Bajo mayoritas berada di kawasan perairan,” jelas Sekda Mabar.
Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh menjelaskan bahwa kegiatan yang akan berlangsung selama tiga hari ke depan merupakan bentuk nyata dari sinergi terpadu antar pemerintah dan lintas pemangku kepentingan dalam membangun ekosistem manajemen krisis pariwisata termasuk dalam penanggulangan insiden-insiden kepariwisataan yang tidak diharapkan.
“Kegiatan workshop pada hari ini yang juga akan ditutup dengan simulasi di hari Kamis nanti dan merupakan bukti nyata dari sinergi terpadu antara pemerintah dan lintas pemangku kepentingan dalam menciptakan destinasi Labuan Bajo Flores yang aman, nyaman, dan selamat bagi wisatawan,” kata Fransiskus.
“Berbagai pemaparan, diskusi panel, dan praktik dalam kegiatan ini diharapkan bisa memberi gambaran kepada semua peserta terutama bagaimana respons cepat dan efektif jika terjadi insiden di lokasi kejadian di destinasi kita sebelum aparat yang berwenang tiba di tempat, karena tentu saja Basarnas dan Kemenparekraf dalam hal ini, tidak dapat berjalan sendiri,” pungkas Frans.
(FRI)