sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kemenperin Kejar Ekspor Mebel dan Kerajinan Capai Rp78,21 Triliun

Economics editor Advenia Elisabeth/MPI
02/11/2022 10:47 WIB
Kemenperin menyatakan Indonesia berpeluang meningkatkan nilai ekspor dari produk tersebut hingga USD5 miliar atau sekitar Rp78,21 triliun pada 2024.  
Kemenperin Kejar Ekspor Mebel dan Kerajinan Capai Rp78,21 Triliun. (Foto: MNC Media)
Kemenperin Kejar Ekspor Mebel dan Kerajinan Capai Rp78,21 Triliun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menggenjot ekspor produk mebel dan kerajinan. Itu lantaran Indonesia berpeluang meningkatkan nilai ekspor dari produk tersebut hingga USD5 miliar atau sekitar Rp78,21 triliun pada 2024.

Kemenperin pun berupaya mengembangkan sumber daya manusia (SDM) agar produktivitas meningkat dan menciptakan inovasi di sektor industri. Selain itu, dengan dukungan SDM yang andal, industri di dalam negeri semakin berdaya saing global.

“Pada ujungnya, apabila kinerja sektor industri jadi lebih baik, akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan di Jakarta, Rabu (2/11/2022).

Kepala BPSDMI menegaskan, pengembangan SDM menjadi bagian dari program prioritas pemerintah saat ini. Langkah strategis yang ditempuh, di antaranya adalah pelaksanaan pelatihan dan pendidikan vokasi, termasuk menjalin kerja sama dengan sektor industri.

“Kami telah memiliki sejumlah unit pendidikan vokasi yang meliputi 11 Politeknik, 2 Akademi Komunitas, dan 9 SMK. Selain itu, terdapat 7 Balai Diklat Industri (BDI), yang semuanya di bawah naungan BPSDMI Kemenperin, dan tersebar di beberapa provinsi Indonesia,” sebutnya.

Arus mengemukakan, salah satu unit pendidikan vokasi Kemenperin yang berada di wilayah kawasan industri adalah Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu (Polifurneka). Kampus yang berdiri di atas lahan seluas 19.000 m2 berada di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.

“Pembangunan Polifurneka ini dalam rangka menjawab kebutuhan industri furnitur dalam ketersediaan tenaga kerja yang kompeten. Apalagi, industri furnitur memerlukan suatu inovasi produk dan desain yang menarik sehingga bisa berdaya saing di pasar domestik hingga ekspor,” paparnya.

Kemenperin mencatat, kebutuhan tenaga kerja di sektor industri furnitur mencapai 562 ribu orang pada tahun 2020, dan akan meningkat jadi 645 ribu orang di tahun 2025. 

“Oleh karenanya, kami telah menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan furnitur agar para lulusan Polifurneka Kendal bisa langsung bekerja atau terserap di industri,” jelas Arus.

Polifurneka Kendal yang beroperasi sejak tahun 2018 ini merupakan rintisan dari kerja sama pemerintah Indonesia dan Singapura. Kemitraan ini termasuk dalam upaya pembangunan Kawasan Industri Kendal. Selain itu, dalam penerapan model pendidikan di Polifurneka Kendal, Indonesia menggandeng SECO Swiss untuk mengimplementasikan model dual system berbasis kompetensi.

“Polifurneka Kendal menjadi satu-satunya politeknik bidang furnitur di Indonesia yang berstatus negeri. Para mahasiswanya berasal dari lulusan SMK/SMA, dan mendapatkan beasiswa penuh selama belajar di Polifurneka Kendal yang berada di kawasan industri yang strategis,” ungkap Arus.

Arus menambahkan, menurut Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), adanya relokasi industri mebel dan kerajinan dari China akan mendorong penyerapan tenaga kerja lokal. Sebab, industri mebel dan kerajinan termasuk sektor padat karya.

“HIMKI juga menilai Ketersediaan SDM yang kompeten di industri furnitur akan mendongkrak kinerja ekspornya. Indonesia menargetkan nilai ekspor produk mebel dan kerajinan bisa menembus USD5 miliar pada tahun 2024 nanti,” kata Arus. 

(FRI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement