sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kemesraan RI-China di Era Jokowi, Hubungan Dagang hingga Investasi

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
18/10/2023 12:32 WIB
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melaksanakan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) China Li Qiang yang digelar di Diaoyutai State House, Beijing.
Kemesraan RI-China di Era Jokowi, Hubungan Dagang hingga Investasi. (Foto: MNC Media)
Kemesraan RI-China di Era Jokowi, Hubungan Dagang hingga Investasi. (Foto: MNC Media)

Di sisi impor, China juga masih menjadi pemasok utama barang-barang impor RI. Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama periode Januari–September 2023 adalah China sebesar USD45,68 miliar (32,92 persen), Jepang USD12,36 miliar (8,91 persen), dan Thailand USD7,71 miliar (5,55 persen).

Tantangan Hubungan Dagang RI-China

Kondisi perekonomian China yang masih berjuang menjadi tantangan bagi kerja sama RI dengan negeri Tirai Bambu.

Beberapa yang perlu diwaspadai adalah kondisi di China terkait krisis properti yang berkepanjangan, ketidakpastian mengenai lapangan kerja dan pendapatan rumah tangga, serta lemahnya kepercayaan diri sektor swasta yang mengancam pemulihan di China.

Beijing dalam beberapa pekan terakhir telah meluncurkan serangkaian stimulus, termasuk peningkatan angaran pekerjaan umum, pemotongan suku bunga, pelonggaran peraturan di sektor properti, dan dukungan untuk  sektor swasta.

Selain itu, sejumlah proyek jumbo China di Indonesia, seperti proyek nikel dan kereta cepat memerlukan evaluasi menyeluruh.

Sebagai informasi, perekonomian China tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal III-2023. Produk domestik bruto (PDB) berekspansi sebesar 4,9 persen selama Juli-September.

Dilansir dari Reuters pada Rabu (18/10/2023), para analis sebelumnya memperkirakan ekonomi China hanya tumbuh 4,4 persen pada triwulan lalu.

Secara kuartalan, PDB China tumbuh 1,3 persen pada kuartal III-2023, meningkat dari 0,5 persen di triwulan sebelumnya dan melampaui 1,0 persen yang diperkirakan para analis.

Produksi industri pada September tumbuh 4,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, lebih kuat dari perkiraaan. Para analis sebelumnya memperkirakan kenaikan 4,3 persen.

Pertumbuhan penjualan ritel juga melampaui ekspektasi, naik 5,5 persen bulan lalu. Para analis sempat memperkirakan penjualan ritel hanya akan tumbuh 4,9 persen. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement