sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kenapa George Soros Bisa Menggerakkan Pasar? Begini Penjelasannya  

Economics editor Ratih Ika Wijayanti
31/05/2022 11:08 WIB
Ada sejumlah alasan kenapa George Soros bisa menggerakkan pasar bahkan menyebabkan krisis di Inggris dan Asia.
Kenapa George Soros Bisa Menggerakkan Pasar? Begini Penjelasannya. (Foto: MNC Media)
Kenapa George Soros Bisa Menggerakkan Pasar? Begini Penjelasannya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Ada sejumlah alasan kenapa George Soros bisa menggerakkan pasar bahkan menyebabkan krisis di Inggris dan Asia. Nama George Soros memang sudah banyak dikenal karena perannya sebagai spekulan andal yang bisa mengguncangkan ekonomi sebuah negara.

Ia merupakan investor dari Amerika Serikat yang dinilai turut menjadi penyebab dalam krisis moneter yang melanda Asia pada 20 tahun silam. Tak hanya itu, Soros juga berhasil mengguncang bank sentral Inggris. 

Lantas, siapakah dia dan kenapa George Soros bisa menggerakkan pasar? Berikut ulasan lengkap dari IDXChannel. Yuk, simak!

Kenapa George Soros Bisa Menggerakkan Pasar?

George Soros bukan publik figur biasa. Ia merupakan spekulan andal kelahiran 1930 di Hungaria. Investor yang bermukim di Amerika Serikat (AS) ini memang dikenal memiliki uang dan kekuatan besar yang mampu mengguncang ekonomi suatu negara. Selain terkenal karena aksinya yang disebut “membobol” Bank of England dalam peristiwa Black Wednesday, Soros juga kerap memicu kontroversi karena pernyataan politiknya.

Titel spekulan ulung memang patut disematkan pada Soros. Pasalnya, ia pernah membuat ekonomi Asia goyah. Ia pun menekuk lutut Inggris melalui peristiwa Black Wednesday yang terjadi pada 1992.

Soros merupakan salah satu miliarder dunia yang memiliki kekayaan bersih mencapai USD8,6 miliar atau sekitar Rp124 triliun. Ia berhasil mengumpulkan kekayaannya sebagai salah seorang spekulan terbesar dunia di pasar keuangan global. 

Ia merupakan pendiri dan ketua Soros Fund Management LLC. Ia Menekuni kariernya sebagai manajer investasi sejak tahun 1969. Melalui Quantum Fund miliknya, Soros mampu meraup pengembalian tahunan sebesar 35% selama 25 tahun. Tak heran jika Soros berhasil menempati posisi 56 orang terkaya di Amerika versi Forbes 2021 dan orang terkaya ke-162 secara global. 

Kiprahnya sebagai spekulan ulung tentu tidak dibangun dalam satu malam. Butuh waktu bertahun-tahun bagi Soros hingga akhirnya memiliki kekuatan dan mampu mengguncang ekonomi beberapa negara.

Ada kecenderungan investor menyukai perusahaan Soros lantaran dianggap memiliki ciri khas tersendiri dalam memutar dana dan menanam modal. Strategi khasnya adalah melakukan penjualan jangka pendek (short selling) menggunakan instrumen investasi yang kompleks. Itulah kenapa George Soros bisa menggerakkan pasar.

Tak hanya itu, ia juga meminjamkan dana dalam jumlah yang tidak sedikit. Bagi investor yang akan menanamkan modal di Quantum Fund harus menempatkan dana minimal sebanyak USD1 juta. 

Sepak Terjang Sang Spekulan

George Soros disebut sebagai pihak di balik krisis moneter Inggris yang dikenal dengan peristiwa Black Wednesday. Peristiwa ini berawal dari sikap enggan Inggris untuk bergabung dalam tahap pertama penciptaan mata uang tunggal Eropa bernama Exchange Rate Mechanism (ERM) pada 1979. 

Inggris tak rela jika nilai mata uang poundsterling yang selama ini dikaitkan dengan emas harus berubah menjadi nilai mata uang masing-masing anggota Uni Eropa. Tentu saja nilai poundsterling bisa terjerembab jika mengikuti ERM.

Inggris pun mencoba mengaitkan poundsterling dengan deutsche mark yang merupakan mata uang Jerman dan kala itu menjadi tolak ukur peg mata uang bagi negara-negara yang sepakat mengimplementasikan ERM pada 1987. 

Namun, biaya moneter untuk ERM kepada Inggris dianggap cukup tinggi dengan nilai yang mencapai 2,95 mark terhadap 1 poundsterling. Ditambah lagi, inflasi Inggris pada waktu itu tercatat lebih tinggi dibanding Jerman. 

Salah satu alasan kenapa George Soros bisa menggerakkan pasar adalah kemampuannya dalam berspekulasi. Soros yang merupakan seorang spekulan yang sudah malang melintang di bidang currency ini kemudian melihat adanya peluang dari kebijakan Inggris yang dilematis. Soros kemudian memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari keuntungan dengan melakukan hedge fund. 

Kondisi Inggris yang pada waktu itu sedang mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi dengan tingkat suku bunga acuan yang tinggi semakin membuat spekulasi Soros bergerak. Soros memiliki keyakinan tinggi bahwa Inggris akan menurunkan tingkat suku bunga yang melemahkan mata uangnya untuk mengupayakan pemulihan ekonomi negara tersebut. Benar saja, spekulasi Soros terbukti. 

Soros pun menjual poundsterling dengan nilai setara USD6 miliar dan membeli deutsche mark dengan nilai setara USD7 miliar. Ia juga meminjam uang dari Bank of England sebesar 5 miliar poundsterling untuk kemudian dikonversikan dengan deutsche mark dengan nilai tukar 1 poundsterling sama dengan 2,79 Deutsche mark. 

Inflasi Inggris yang terus meningkat dan menekan membuat negara ini pada akhirnya menaikkan suku bunga acuannya dua kali dalam sehari pada 16 September 1992. Hal ini sangat mengkhawatirkan kala itu. Pilihan yang sulit harus diambil oleh pemerintah Inggris karena jika suku bunga tetap tinggi, kondisi ekonomi Inggris sulit untuk pulih. 

Permintaan poundsterling pun lambat laun berkurang yang karena kondisi makro ekonomi negara tersebut tidak stabil. Benar saja, aksi intervensi valuta asing bank sentral Inggris gagal dan Inggris pada akhirnya keluar dari kesepakatan ERM dan mengubah sistem peg mata uangnya. 

Spekulasi Soros berhasil. Angin surga dirasakan Soros karena berhasil mengambil keuntungan besar dari spekulasi poundsterling tersebut. Kantong Soros menebal sebanyak USD2 miliar dari spekulasinya terhadap mata uang Inggris. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement