“Bahan baku tempurung kelapa berasal dari Aceh, Medan, Pangandaran, dan Sulawesi. Kita banyak menolak buyer karena keterbatasan bahan baku," kata Dewi.
Terkait pengiriman, Dewi mengungkapkan, kendalanya terletak pada lamanya pengiriman dan mahal. "Kapal tidak mau mengangkut arang, takut meledak. Padahal, produk kita aman tidak meledak dan sudah disurvei lembaga berwenang," aku Dewi.
Untuk akses logistik, lanjut Dewi, produk briket arang Tasikmalaya ini menggunakan pengiriman jalur laut melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Lebih dari itu, menurut Dewi, usaha briketnya juga melibatkan masyarakat di dua kampung, atau sekitar 80-an kepala keluarga.
“Ke depan, bila kapasitas produksi kita tingkatkan, maka jumlah tenaga kerja akan kita tambah," pungkas Dewi. (NDA)