sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kinerja Perlahan Amblas, Begini Dampak Aksi Boikot Bagi Sektor FMCG

Economics editor Shifa Nurhaliza Putri
31/12/2023 11:47 WIB
Saat ini sedang berkembang gerakan di Indonesia untuk memboikot produk-produk yang mendukung atau terkesan memiliki hubungan dengan Israel.
Kinerja Perlahan Amblas, Begini Dampak Aksi Boikot Bagi Sektor FMCG. (Foto: Dampak Aksi Boikot Bagi Sektor FMCG)
Kinerja Perlahan Amblas, Begini Dampak Aksi Boikot Bagi Sektor FMCG. (Foto: Dampak Aksi Boikot Bagi Sektor FMCG)

IDXChannel – Pasca pecahnya perang Israel dengan Hamas di Gaza pada Oktober 2023, saat ini sedang berkembang gerakan di Indonesia untuk memboikot produk-produk yang  mendukung atau terkesan memiliki hubungan dengan Israel. Termasuk produk atau brand di sektor FMCG (Fast Moving Consumer Good).

Gerakan boikot mencapai puncaknya ketika konsumen bereaksi terhadap kebrutalan perang Gaza dan tindakan Israel yang semakin menjadi. Produk yang dinilai mempunyai hubungan dengan Israel meliputi makanan dan non-makanan.

Seruan boikot terutama berdampak pada barang-barang rumah tangga dan barang-barang Fast Moving Consumer Goods (FMCG) termasuk semua produk dari Unilever, Johnson & Johnson, Danone, Marks & Spencer, Starbucks, McDonald's, KFC, Burger King, Pizza Hut, Coca-Cola, Pepsi, dan lainnya.

Dampak Aksi Boikot Bagi Sektor FMCG

Dari minggu ke minggu, kinerja saham Univeler (UNVR) berada di bawah tekanan dengan rata-rata lebih dari 1%. Sedangkan saham UNVR dalam sebulan terakhir anjlok 11,14% hingga mencapai harga 3.410 per saham, level terendah dalam sebulan terakhir.

Selain isu boikot, turunnya harga saham UNVR juga dipengaruhi sentimen global. Karena saham UNVR milik sektor konsumer, maka turut terimbas kondisi pasar yang memburuk.

Melemahnya saham UNVR juga terkait dengan kinerja perseroan yang tercatat mengalami penurunan pada kuartal III 2023. Pada periode tersebut, Unilever melaporkan penurunan laba sebesar 9,16% menjadi Rp4,18 triliun seiring penurunan penjualan sebesar 3,28% menjadi Rp30,5 triliun.

Mengutip medium.com, melihat fenomena tersebut, Hanindia Narendrata (Drata), CEO Compas.co.id, mengatakan sebanyak 36 merek atau 38% meraih kinerja positif dari sisi jumlah transaksi. Pada kategori kecantikan, jumlah transaksi meningkat 7% dibandingkan sebelum boikot.

Jumlah transaksi kategori perawatan kecantikan bertambah 159.000. Menurut data, boikot ini tidak berdampak pada kategori tersebut.

Compas.co.id, sebuah platform yang mengkhususkan diri dalam riset data online dan analisis big data dengan fokus mendukung merek FMCG, menemukan bahwa jumlah transaksi pada kategori makanan dan minuman mengalami penurunan hingga 12% karena aksi boikot.

Hal serupa juga terjadi di sektor layanan kesehatan, dimana jumlah transaksi turun sebesar 15%. Kategori yang paling terkena dampaknya adalah kategori ibu dan anak, dimana jumlah transaksinya turun sebesar 16%.

Dari 96 merek FMCG multinasional, 60 merek atau 62%  mengalami penurunan menjadi 240.000 transaksi. Sementara itu, 36 brand lain mengalami kenaikan hingga 38% dari sisi jumlah transaksi. Pada kategori kecantikan, jumlah transaksi meningkat 7% dibandingkan sebelum boikot 159.000 transaksi.

Data ini menunjukkan bahwa berbeda dengan kategori produk lain yang disebutkan di atas, boikot yang terjadi di Indonesia  idak berdampak signifikan terhadap kategori perawatan kecantikan.

Selain itu, Roy Munday, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), mengatakan penjualan berbagai merek yang dituduh memiliki hubungan dengan Israel mengalami penurunan hingga 40-45%.

“Perdagangan produk turun 40-45%, yang merupakan rata-rata  produk yang diklasifikasikan sebagai “afiliasi” (Israel). 40-45% dampaknya, tapi kita berusaha menghindarinya agar situasi ini tidak berlanjut,'' kata Roy dalam podcast Reject Poor, (Senin 4 Desember 2023). (SNP)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement