Hal ini, dikatakan Bhima, bisa dilihat dari inflasi inti yang cukup rendah pada bulan Agustus, yaitu 0,2 persen secara bulanan (month to month/mtm).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi selama empat bulan berturut sejak Mei hingga Agustus 2024. Pada pengumuman Agustus 2024 yang lalu, terjadi deflasi sebesar 0,03 persen.
Terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,09 pada Juli 2024 menjadi 106,06 pada Agustus 2024. Sementara, secara year on year terjadi inflasi sebesar 2,12 persen dan secara tahun kalender terjadi inflasi 0,87 persen.
"Kondisi deflasi ini ada kaitan dengan jumlah kelas menengah yang jumlahnya menurun dan perubahan pola menahan belanja non-kebutuhan pokok. Upah kenaikannya terlalu kecil, investasi yang masuk makin tidak berkualitas, serapan kerja terbatas sehingga banyak beralih ke pekerjaan sektor informal," ujar Bhima.
Bagi negara berkembang dengan populasi usia produktif yang besar, dikatakan Bhima, kondisi deflasi merupakan hal yang cukup anomali. Terlebih, masih terjadi bonus demografi sampai 2036.
"Ada yang bermasalah secara struktural ekonomi," ujar Bhima.
(taufan sukma)