Shinta menuturkan, kondisi ini disebabkan oleh adanya disrupsi teknologi yang pada sebuah industri. Sehingga, invetasi yang masuk cenderung padat modal alias membeli alat alat dan mesin, dan minim serapan tenaga kerja baru.
Kondisi ini, dinilai Shinta menjadi tantangan bagi sektor ketenagakerjaan kedepannya yang juga berhadapan dengan pertumbuhan populasi di Indonesia.
"Ini juga yang akan mempengaruhi bonus demografi kita, ini harus jadi perhatian, karena berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja," sambungnya.
Maka dari itu, menurut Shinta, pemerintah perlu melakukan penyesuaian SDM terhadap kebutuhan industri saat ini yang sudah lebih banyak menggunakan teknologi. Namun, seiring berkembangnya teknologi-teknologi baru, juga akan menciptakan lapangan kerja yang baru.
"Saat ini pun dengan industrilisasi, dan masuk digitalisasi, itu serapan tenaga kerja sudah berkurang, jadi jenis pekerjaan juga sudah berbeda," pungkasnya.
(YNA)