sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Konversi Motor Listrik Masih Minim, Menteri ESDM Sebut Banyak Pemilik STNK Bodong

Economics editor Atikah Umiyani/MPI
17/02/2024 04:00 WIB
Arifin Tasrif mengungkap alasan minimnya masyarakat yang mengonversi motor BBM ke motor listrik berbasis baterai. 
Konversi Motor Listrik Masih Minim, Menteri ESDM Sebut Banyak Pemilik STNK Bodong. Foto: MNC Media.
Konversi Motor Listrik Masih Minim, Menteri ESDM Sebut Banyak Pemilik STNK Bodong. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkap alasan minimnya masyarakat yang mengonversi motor BBM ke motor listrik berbasis baterai. Dikatakan Arifin, sebenarnya banyak masyarakat ingin mendaftar konversi tersebut, Namun, takut lantaran STNK yang dimilikinya bodong. 

"Ternyata begini, yang mendaftar banyak, tetapi ternyata banyak yang STNK-nya bodong. Jadi pada takut mendaftar," terang Arifin di Gedung Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM, Jakarta Selatan, Jumat (16/2/2024).

Pada kesempatan itu, Arifin pun berharap layaknya program mobil listrik yang mendapat insentif berupa penghapusan pajak progresif. Ia berharap kewajiban pajak untuk motor-motor yang akan dikonversikan itu juga bisa dihapus. 

"Contohnya mobil listrik itu kan pajak progresif ilang. Ini bagaimana yang dulu-dulu bisa tidak dosanya dihapus?" lanjutnya. 

Seperti diketahui, realisasi program itu tercatat tidak mencapai seribu unit. Padahal, ditargetkan sebanyak 50 ribu motor terkonversi menjadi motor listrik pada 2023. 

Arifin menekankan pihaknya akan tetap berupaya menjalankan program konversi motor ini sesuai dengan yang ditargetkan pada 2024 yakni 150 ribu unit. Satu-satunya cara yaitu dengan mendorong motor tua untuk bisa dikonversi. 

Selain itu, pihaknya juga tetap mencari badan usaha dan instansi yang ingin mengkonversikan sepeda motor operasional perusahaan.

Bahkan, Kementerian ESDM kini juga mengincar perguruan tinggi untuk memasifkan program konversi sepeda motor konvensional menjadi motor listrik.

"Cukup banyak instansi, lalu perguruan tinggi juga banyak. Tapi itulah ternyata ada sesuatu yang mesti diselesaikan," pungkasnya. (NIA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement