“Enggak tahu ya, enggak banyak juga yang mau beli. Investor lebih berminat ke pembangunan, seperti smelter atau industri lainnya yang punya nilai tambah tinggi,” ujar CEO Sahid Group itu.
Lebih jauh kata Hariyadi, relaksasi dari pemerintah untuk industri perhotelan yang hanya sampai 2024 tidak mengurai utang. Pembayaran bunganya saja yang dibagi termin. Jadi, itu dinilai tidak cukup meringankan.
Potongan PPh 25 Badan (Pajak Penghasilan Pasal 25) pada 2020 dan 2021 pun, sambungnya, tak terlalu berdampak lantaran bisnis perhotelan merugi.
“Jadi kalau bicara stimulus, kami kemarin cuma dapat hibah pariwisata saja. Karena memang sulit, akhirnya banyak yang mempertimbangkan untuk menjual saja hotel mereka,” pungkas Hariyadi.
Sebelumnya, marak sejumlah hotel berbintang di berbagai daerah dijual di situs jual beli properti, Lamudi. Di Bali misalnya, banyak hotel berbintang, resort dan vila yang dijual.