Berdasarkan tingkat pengeluaran, mayoritas penambahan pembiayaan pada Februari 2023 dilakukan oleh rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp1-3 juta per bulan yaitu sebesar 46,5% dari total pengajuan kredit.
Sementara permintaan pembiayaan rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp3-5 juta dan di atas Rp5 juta per bulan terpantau menurun dibandingkan Januari 2023 sebesar 36,7% dan 16,8%.
Selain itu, jelang lebaran BI juga mencatat penurunan perilaku menyimpan uang dari masyarakat.
Secara keseluruhan, tabungan tumbuh 5,1%, melambat dari sebelumnya 5,6%. Produk giro tumbuh 19,1%, lebih rendah dari 19,6% pada Januari 2023.
Secara khusus, tabungan masyarakat tercatat melambat pada Februari 2023, tumbuh 3,9% dibandingkan bulan sebelumnya 4,6% menjadi Rp 2.289,4 triliun.
Meski demikian penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada Februari 2023 mencapai sebesar Rp 7.775,7 triliun atau tumbuh 9,1%, dibandingkan bulan sebelumnya 8,5%.
"Perkembangan DPK terutama dipengaruhi oleh DPK korporasi dan perorangan," tulis BI dalam laporan uang beredar (M2) 2023, Kamis (24/3/2023).
Kenaikan DPK ini ditopang oleh simpanan jangka panjang perorangan yang tumbuh 5,2%, menjadi Rp 1.412,5 triliun.
Lebih lanjut, BI mencatat simpanan berjangka tumbuh 5,5% secara tahunan pada Februari 2023. Persentase ini naik dibandingkan bulan Januari sebesar 3,3%.
Kenaikan ini sejalan dengan perkembangan suku bunga simpanan berjangka.
Pinjaman Fintech dan Multifinance
Tak hanya dana dari kredit perbankan, masyarakat nampaknya memiliki alternatif lain dalam meminjam dana segar.
Catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah penyaluran pinjaman online (pinjol) yang bersumber dari fintech lending mencapai Rp18,23 triliun pada Februari 2023.
Jumlah tersebut turun 2,7% dibandingkan pada bulan sebelumnya sebesar Rp18,74 triliun.
Namun, jika dibandingkan secara tahunan, penyaluran pinjaman fintech lending tersebut tumbuh 10,3%.
Pada Februari 2023, jumlah penerima pinjaman fintech lending sebanyak 13,39 juta entitas.
Mayoritas peminjam berasal dari Jawa Barat yang berjumlah 3,75 juta entitas dengan nilai pinjaman sebesar Rp4,77 triliun.
Jakarta menyusul dengan 2,7 juta peminjam yang memiliki nilai pinjaman sebesar Rp3,74 triliun.
Jawa Timur menduduki urutan ke tiga sebanyak 1,51 juta entitas dengan nilai pinjaman Rp2,66 triliun.
Secara kumulatif, jumlah penyaluran pinjol dalam setahun terakhir mencapai Rp248,7 triliun.
Secara khusus, penyaluran pinjaman ke sektor produktif mencapai Rp7,4 triliun.
Nilai tersebut setara dengan 40,67% dari total penyaluran pinjaman fintech lending. Secara bulanan, penyaluran pinjol ke sektor produktif meningkat 4,6% secara month to month (m-t-m) pada Februari 2023.
Sektor yang meraih pinjaman fintech lending paling besar di antaranya perdagangan besar dan eceran, reparasi, serta perawatan mobil dan sepeda motor yakni Rp2,38 triliun.