Selain itu, Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi berkah tersendiri bagi industri penerbangan. Sedangkan aviasi milik pemerintah di negara lain bahkan kondisinya lebih memprihatinkan dibandingkan dengan Garuda Indonesia dan Citilink.
“Jadi kita patut bersyukur tinggal bagaimana mencari cara agar Garuda bisa sustainable (berkelanjutan) karena Indonesia negara kepulauan dan domestik market kuat maka harus bisa menjadi peluang,” kata dia.
Selama merebaknya pandemi hampir melumpuhkan seluruh industri transportasi. Kebijakan pembatasan pergerakan menyebabkan kapasitas bandara di seluruh Indonesia hanya terisi 15 persen dan sempat naik di angka 32 persen.
Sedangkan untuk kereta api, tingkat keterisiannya hanya di angka 10 hingga 15 persen. “Tentu kami tidak boleh menutup diri atau berdiam diri dan harus melakukan terobosan serta melakukan perbaikan,” ujarnya. (TYO)