Sementara itu di Sumatera Utara (Sumut), pihaknya menemukan 92 titik banjir, yang teridentifikasi menjadi lahan kritis seluas 207.000 hektare atau 14,7 persen dari total luasan 13 DAS yang terbagi ke dalam 11 kabupaten/kota.
"Dari analisa citra satelit, dari kurun waktu 2019-2024, terjadi perubahan tutupan lahan dari hutan menjadi non-hutan seluas 9.424 hektare. Terdiri dari Kawasan hutan seluas 3.427 hektare atau 36,36 persen, serta di luar kawasan hutan atau area penggunaan lainnya seluas 5.997 hektare atau 63,63 persen," ucap Raja Juli.
Sedangkan di Sumatera Barat (Sumbar), Raja Juli mengatakan, pihaknya mengidentifikasi 56 titik banjir yang masuk ke dalam 3 DAS, dengan luasan total 39.800 hektare yang tersebar di 14 kabupaten/kota.
"Hasil analisa kami menurut citra satelit menunjukkan bahwa ada perubahan tutupan lahan dari hutan menjadi non-hutan seluas 1.821 hektare.Terdiri di dalam kawasan hutan seluas 1.444 hektare atau 79,29 persen, dan di luar kawasan hutan seluas 377 hektare atau 20,71 persen," ucapnya.
Dia mengatakan pada 12 DAS di Sumatera Barat, terdapat lahan kritis seluas 39.816 hektare, setara dengan 7 persen dari total luasan 12 DAS yang terdampak.
(Febrina Ratna Iskana)