Sedangkan pada kuartal II-2025, belanja pemerintah memang mengalami pertumbuhan 21,05 persen dibandingkan kuartal I, namun tetap tumbuh negatif 0,33 persen dibandingkan dengan 2024.
"Kalau saya lihat dua triwulan terakhir, pertumbuhan belanja pemerintah triwulan I dan II itu negatif kan. Itu tidak tahu salahnya dimana, efisiensi atau bukan, tapi yang jelas itu memberikan dampak negatif ke perekonomian karena pertumbuhannya melambat dari sisi itu," ujarnya.
Akumulasi data pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri memang ditopang paling besar oleh konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah. Sehingga, jika belanja pemerintah melambat, praktis pertumbuhan ekonomi akan terdampak.
"Saya akan optimalkan sistem ayang ada, yang berhenti-berhenti kita optimalkan, yang sudah jalan kita percepat lagi. Jadi bukan mesin baru, tapi mesin lama yang kita buat lebih bagus lagi ke depan," kata Purbaya.
"Saya sudah kenal lama dengan fiskal, ini ahli fiskal kita Pak Suahasil (Wamenkeu), jadi saya tidak perlu waktu untuk belajar lagi," ujarnya.
(Dhera Arizona)