“Namun, tidak sama dengan generasi sebelumnya. Harus ada inovasi teknologi dalam skala ekonomi dan agregasi, serta sesuai target dan standarisasi pasar tujuan. Hal tersebut dapat membuka peluang wirausaha baru, berkelanjutan, dan menciptakan lapangan kerja,” lanjut Teten.
Hanya saja, Teten juga menyadari, meskipun 99,6% pelaku usaha di Indonesia adalah UMKM, tingkat produktivitasnya masih rendah, baik dari sisi penerapan teknologi maupun dalam pengelolaan bisnisnya.
“Kita perlu mempersiapkan the future SME yang go digital, baik dari sisi manufaktur ataupun engineering technology. Kalau tidak, UMKM akan terpendam karena hanya memanfaatkan keripik, akik, dan dodol,” tandas Teten.
Teten menambahkan, pihaknya akan merubah pola pendekatan kewirausahaan yang sebelumnya melalui sistem birokrasi menjadi pendekatan inkubasi bisnis.
“Saat ini, UMKM hadir tanpa desain. Ke depan, kita akan mendesain inkubasi bisnis di Indonesia agar lebih baik lagi. Kita akan tingkatkan rasio kewirausahaan yang saat ini masih rendah berkisar 3,7% menjadi 4%. Hal tersebut merupakan salah satu syarat agar Indonesia dapat menjadi negara maju,” imbuh Teten.