Hilirisasi berbasis agro
Sementara itu, untuk hilisasi industri berbasis agro, Kemenperin sedang melakukan peningkatan nilai tambah pada komoditas kelapa sawit menjadi oleofood complex (pangan dan nutrisi), oleochemical and biomaterial complex (bahan kimia dan pembersih), dan bahan bakar nabati berbasis sawit (seperti biodiesel, greendiesel, greenfuel, dan biomass).
"Hilirisasi minyak sawit yang diolah menjadi berbagai produk turunan dapat menghasilkan nilai tambah sampai dengan empat kali lipat," ungkap Agus.
Hingga September 2022, ekspor produk industri berbasis kelapa sawit telah mencapai USD29 miliar.
Kemenperin juga mendorong hilirisasi di industri petrokimia. Upaya ini dinilai strategis karena dapat menghasilkan bahan baku primer untuk menopang banyak industri manufaktur hilir penting seperti tekstil, otomotif, mesin, elektronika, dan konstruksi.
"Pemerintah saat ini tengah mengawal sejumlah proyek pembangunan industri petrokimia raksasa, di antaranya investasi petrokimia di Cilegon, gasifikasi batu bara di Muara Enim, serta di Bintuni Papua,” ujar Agus.
Hingga Oktober 2022, kinerja ekspor dari industri kimia menunjukkan capaian yang gemilang, yakni sebesar USD18,5 miliar atau naik 20% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
"Kami perkirakan pada tahun 2022 ini akan mencapai USD 21-23 miliar, dan pada tahun 2023 ditargetkan bisa di angka USD25 miliar," sebutnya.