sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Mundur dari Komisaris Garuda, Peter Gontha Bisnis Emisi Karbon

Economics editor Rina Anggraeni
11/09/2021 08:30 WIB
Setelah mundur dari jabatan Komisaris Garuda Indonesia, pengusaha Peter Frans Gontha membangun bisnis barunya di bidang lingkungan hidup, sains, dan teknologi.
Mundur dari Komisaris Garuda, Peter Gontha Bisnis Emisi Karbon (FOTO: MNC Media)
Mundur dari Komisaris Garuda, Peter Gontha Bisnis Emisi Karbon (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Setelah mundur dari jabatan Komisaris PT Garuda Indonesia Tbk, pengusaha Peter Frans Gontha membangun bisnis barunya di bidang lingkungan hidup, sains, dan teknologi, khususnya perdagangan karbon (carbon trading) melalui Melchor Group Indonesia (Melchor).

Selaku CEO sekaligus salah satu pendiri Melchor, Peter bersama tim memperkenalkan inovasi teknologi blockchain sebagai basis untuk mengeksekusi komoditas emisi karbon tersebut.

Melalui anak usaha Melchor Group, sejumlah platform digital pendukung diluncurkan seperti Muller Carbon dan Carbon Emmision Calculator 'JEJAK.in' yang akan berkolaborasi di semua lini mulai dari pendaftaran lahan, penilaian serapan, penetapan tokenisasi terhadap nilai karbon yang dihasilkan, hingga perdagangan.

"Ini hal baru dan pertama di dunia, di mana Crypto Utility ROXY akan sejalan dengan teknologi serapan karbon yang dikembangkan oleh JEJAK.in. Ini tak hanya soal restorasi ekologi tapi juga menyejahterakan masyarakat serta bagian untuk ikut berperan mendampingi pemerintah dalam memberantas kemiskinan," kata Peter di Jakarta, Jumat (10/9/2021).

Peter percaya melalui teknologi emmision accounting, forest monitoring, blockchain dan artificial intelligence, dapat menjadi terobosan baru dalam penghitungan restorasi hutan, penyerapan, perhitungan, dan perdagangan karbon yang sesuai dengan standar pemerintah.

Seperti diketahui, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memproyeksikan masuknya pendapatan dari transaksi perdagangan karbon mencapai Rp350 triliun, sejalan dengan luasnya hutan tropis dan lahan gambut yang dimiliki Indonesia.

Secara lebih detil, perdagangan karbon adalah kegiatan jual-beli sertifikat 'penilaian emisi karbon' dari negara maju kepada negara yang dinilai berhasil mengurangi emisi karbon.

Penjual sertifikat emisi karbon dalam hal ini adalah negara-negara yang biasanya memiliki hutan yang luas sebagai penyerap karbon. Sedangkan pembelinya adalah negara maju dan industri-industri besar.

Sejumlah emisi karbon yang bisa dijual-belikan yaitu karbon dioksida (CO2), metana (CH4), hidrofluorokarbon (HFCs), perfluorokarbon (PFCs), nitrat oksida (N20), dan sulfur heksafluorida (SF6).

"Roxy ini akan diberikan kepada masyarakat yang ada harganya, dan uang yang didapatkan dari perdagangan itu dapat dipakai mereka untuk merestorisasi, menjaga, menanam kembali hutannya, plus orang-orang ini (pemilik lahan) akan mendapatkan antara 3000-10.000 dollar per tahunnya," tukas Peter, sembari menegaskan bahwa ROXY bukanlah alat transaksi atau Cryptocurrency. (RAMA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement