sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Neraca Perdagangan April 2024 Surplus, Tapi Nilainya Turun USD1,02 Miliar

Economics editor Atikah Umiyani/MPI
15/05/2024 12:11 WIB
BPS mencatat neraca perdagangan pada April 2024 mengalami surplus sebesar USD3,56 miliar. Meski begitu, nilainya turun sebesar USD1,02 miliar.
Neraca Perdagangan April 2024 Surplus, Tapi Nilainya Turun USD1,02 Miliar. (Foto: MNC Media)
Neraca Perdagangan April 2024 Surplus, Tapi Nilainya Turun USD1,02 Miliar. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Badan Pusat Statik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada April 2024 mengalami surplus sebesar USD3,56 miliar. Meski begitu, nilainya turun sebesar USD1,02 miliar dibandingkan Maret 2024.

"Surplus April 2024 ini masih lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu," jelas Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers hari ini, Rabu (15/5/2024). 

Menurut Pudji, surplus neraca perdagangan April 2024 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yaitu sebesar USD5,17 miliar. Penyumbang utamanya bahan bakar mineral, kemudian lemak dan minyak hewan atau nabati, serta besi dan baja. 

Meski begitu, suprlus neraca perdagangan nonmigas April 2024 lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan lalu dan juga bulan yang sama tahun lalu.

Pudji menambahkan, pada saat yang sama neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,61 miliar dengan komoditas penyumbang defisitnya yaitu hasil minyak dan minyak mentah. Defisit neraca perdagangan migas April 2024 lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu.

Adapun neraca perdagangan Indonesia menurut negara mitra dagang pada April 2024 menunjukkan Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara.

Tiga terbesar di antaranya India dengan surplus USD1,46 miliar, kemudian Amerika Serikat dengan surplus USD1,09 miliar, dan Filipina dengan surplus sebesar USD0,70 miliar.

Pudji mengatakan surplus terbesar yang dialami dengan India didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, kemudian lemak dan minyak hewan atau nabati, dan logam mulia dan perhiasan atau permata. 

Di sisi lain, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara. Tiga terbesar yaitu Australia defisit USD0,44 miliar, kemudian Brazil dengan defisit USD0,39 miliar, dan Thailand dengan defisit USD0,16 miliar 

"Defisit terdalam yang dialami dengan Australia  ini didorong oleh komoditas BBM, kemudian bijih logam kerak dan abu, dan serealia," pungkasnya.

(FRI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement