sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pantas Presiden Marah, Anggaran Tembus Rp1.481 Triliun, Mayoritas Dipakai Impor

Economics editor Athika Rahma
29/03/2022 15:57 WIB
andai 40 persen saja dialokasikan ke produk lokal, jelas ini akan memberikan multiplier effect yang sangat besar,
Pantas Presiden Marah, Anggaran Tembus Rp1.481 Triliun, Mayoritas Dipakai Impor (foto: MNC MEdia)
Pantas Presiden Marah, Anggaran Tembus Rp1.481 Triliun, Mayoritas Dipakai Impor (foto: MNC MEdia)

IDXChannel - Kemarahan Presiden Joko Widodo terkait belanja pemerintah yang rupanya masih didominasi produk impor dinilai sangat wajar dan memang sudah semestinya. Parahnya, masih kerap ditemukan di lapangan bahwa praktik impor masih tetap dilakukan bahkan untuk jenis produk yang sudah bisa dibuat oleh produsen dalam negeri.

Padahal bila anggaran belanja tersebut dialihkan ke produsen nasional, diyakini bakal mampu membawa dampak berganda (multiplier effect) yang sangat signifikan, baik bagi dunia usaha domestik, maupun kinerja perekonomian nasional secara keseluruhan. Pasalnya, nilai anggaran belanja pengadaan barang dan jasa di tingkat pemerintah pusat diketahui mencapai hampir Rp1.500 triliun.

"Kita tahu anggaran ini cukup besar, ya. Hampir Rp1.500 triliun. Jadi jangankan 80 persen, andai 40 persen saja dialokasikan ke produk lokal, jelas ini akan memberikan multiplier effect yang sangat besar," ujar Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, dalam Market Review IDX Channel, Selasa (29/3/2022).

Secara rinci, menurut Eko, anggaran belanja pengadaan barang dan jasa di tingkat pemerintah pusat besarnya mencapai Rp 526 triliun, di pemerintah daerah Rp 535 triliun, dan di lingkung Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencapai Rp 420 triliun. Dengan begitu, maka total belanja pengadaan barang dan jasa pemerintah mencapai Rp1.481 triliun.

"Dengan menekan impor, maka otomatis pertumbuhan ekonomi akan naik karena industri dalam negeri berkembang. Tak hanya itu, industri tersebut juga tidak hanya tumbuh sendiri. aliran transaksinya ke mana-mana, bisa menggerakkan UMKM hingga tenaga kerja," tutur Eko.

Dicontohkannya, di industri tekstil, Indonesia harusnya bisa memaksimalkan produksi baik dari sisi kualitas dan kuantitas, apalagi Indonesia memiliki target menjadi produsen tekstil terbesar ke-5 di dunia pada 2030.

Diketahui, Indonesia sudah mengekspor produk tekstil berupa seragam untuk tentara di luar negeri. Hal ini menunjukkan kualitas kain produksi Indonesia sudah bagus.

"Industrinya ada banyak juga. Trickle down effectnya juga banyak ada garmen, penjahit dan lain-lain, itu bisa mendorong," tegas Eko. (TSA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement