Sofyan menambahkan, biasanya dalam satu minggu pemerintah mengirimkan sebanyak dua sampai tiga kali pengiriman dengan jumlah besar, yang diperuntukkan untuk para pelaku IKM tempe dan keripik di Sanan. Dimana total ada sekitar 350 pelaku IKM yang biasanya membutuhkan minimal 15 - 16 kilogram minyak goreng.
"Kebijakan dari pemerintah kita nggak tahu dapat berapa pengiriman, ini katanya siap satu minggu tiga kilo oke. Rata-rata ambil yang kecil saja itu 1 jirigen 15 atau 16 kilogram itu yang minim," ucapnya.
"Sedangkan ini yang enam jirigen satu hari ada yang sampai delapan, ada yang lima. Memang bukan industri besar, .memang kita sentranya tapi semua home industri, saking banyaknya pengerajin kita membutuhkan minyak yang banyak," tambahnya.
Penghentian distribusi minyak goreng subsidi ini membuat para pelaku pengerajin tempe dan keripik terpaksa membeli minyak goreng nonsubsidi dengan harga yang mahal. Hal ini membuat keuntungan dari para perajin keripik dan tempe ini berkurang cukup drastis, bahkan beberapa di antaranya tak bisa balik modal dan merugi.
"Kita cari yang ada saja yang nonsubsidi, yang satu karton (harganya) Rp 270 ribu, Rp 260 ribu, kita ambil terpaksa. Dari keuntungan ya kita nggak dapat keuntungan cuma bisa makan untuk bertahan saja," pungkasnya. (RAMA)