Atip juga menekankan tujuan utama program ini untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa yang masih menjadi tantangan di Indonesia.
“Skor PISA kita belum menggembirakan, jadi perlu ada penguatan. Salah satunya dengan menggunakan teknologi sebagai alat bantu belajar,” kata dia.
Selain digitalisasi pembelajaran, tiga program lain yang turut dijalankan secara paralel yaitu rehabilitasi fisik sekolah, peningkatan kualifikasi guru, dan penanganan guru honorer.
Menurut Atip, keempat program ini saling terintegrasi demi menciptakan lingkungan belajar yang lebih layak dan berkualitas.
Untuk daerah Jawa Barat, hasil pemetaan menunjukkan bahwa sekitar 40 persen sekolah masih memerlukan perbaikan fisik, baik dalam kategori rusak ringan, sedang, maupun berat. Oleh karena itu, digitalisasi juga disinergikan dengan rehabilitasi infrastruktur agar pembelajaran digital bisa berjalan optimal.
“Bapak Presiden tidak ingin melihat adanya fasilitas pendidikan yang tidak layak. Maka, digitalisasi dan rehabilitasi dijalankan bersamaan,” kata Atip.
(Febrina Ratna Iskana)