IDXChannel - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menerapkan tarif baru yang jauh lebih besar terhadap kendaraan listrik (EV), baterai listrik, panel surya, baja, aluminium, dan peralatan medis impor asal China pada Selasa (14/5/2024).
Melansir AP News, presiden yang diusung Partai Demokrat tersebut mengatakan, subsidi pemerintah China untuk memastikan kinerja perusahaan-perusahaan di negaranya tidak menghasilkan keuntungan, sehingga memberi mereka ‘cuan’ yang tidak adil dalam perdagangan global.
“Pekerja Amerika dapat bekerja lebih keras dan mengalahkan siapa pun selama persaingannya adil. Tetapi sudah terlalu lama hal ini tidak adil. Selama bertahun-tahun, pemerintah China telah mengucurkan uang negara ke perusahaan-perusahaan China. Ini bukan persaingan, melainkan kecurangan,” kata Biden di Rose Garden Gedung Putih.
Kebijakan ini menimbulkan kritikan di mana Biden terkesan meniru langkah Donald Trump ketika ia menerapkan strategi yang meningkatkan gesekan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Ditulis AP News, tarif ini muncul di tengah kampanye panas antara Biden dan Trump, pendahulunya dari Partai Republik, untuk menunjukkan siapa yang lebih keras terhadap China.
Calon presiden dari Partai Demokrat itu juga mengatakan Trump telah gagal untuk menindak pelanggaran perdagangan China seperti yang telah ia janjikan selama masa kepresidenannya.
Karoline Leavitt, sekretaris pers kampanye Trump, menyebut tarif baru tersebut sebagai upaya yang lemah dan sia-sia untuk mengalihkan perhatian dari dukungan Biden terhadap kendaraan listrik di AS. Menurut pihak Trump, ini hanya akan menyebabkan PHK di pabrik-pabrik mobil AS.
Perbedaan dengan Trump
Melansir The New York Times, Selasa (14/5), perang dagang yang dilancarkan Biden berbeda dengan perang dagang yang dilancarkan Trump beberapa tahun lalu dalam beberapa aspek.
Di antaranya strategi Biden mengandalkan upaya menyatukan sekutu-sekutu internasional untuk melawan China melalui kombinasi insentif dalam negeri dan, kemungkinan besar, tarif yang terkoordinasi terhadap barang-barang China.
Ini kontras dengan sikap Trump yang cenderung bertindak sendiri. Secara spesifik, rencana Trump mencakup lebih banyak tarif dan lebih sedikit perdagangan dengan China.
Trump juga memberlakukan lebih banyak pembatasan pada perdagangan dengan China, termasuk membatasi penjualan teknologi Amerika ke Beijing, dan menyalurkan subsidi federal kepada produsen Amerika yang mencoba bersaing dengan produksi China.
Dalam masa kampanyenya, Trump kini menjanjikan upaya baru untuk memutuskan hubungan perdagangan kedua negara jika ia terpilih untuk masa jabatan kedua.
Trump juga berjanji akan berusaha mengembalikan sebagian besar pekerjaan pabrik yang dialihdayakan ke China.
Sementara Biden berupaya meningkatkan produksi dan lapangan kerja di sejumlah industri teknologi tinggi yang sedang berkembang – termasuk sektor energi ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik, yang tidak begitu diminati oleh Trump.
Biden juga telah menggunakan lebih banyak pengaruh kebijakan, beberapa di antaranya diciptakan oleh Trump.