sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Perang Dagang AS-China Kembali Panas, Biden Sasar EV dan Komoditas Logam

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
15/05/2024 12:22 WIB
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menerapkan tarif baru yang jauh lebih besar terhadap kendaraan listrik (EV), hingga aluminium China.
Perang Dagang AS-China Kembali Panas, Biden Sasar EV dan Komoditas Logam. (Foto: Reuters)
Perang Dagang AS-China Kembali Panas, Biden Sasar EV dan Komoditas Logam. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menerapkan tarif baru yang jauh lebih besar terhadap kendaraan listrik (EV), baterai listrik, panel surya, baja, aluminium, dan peralatan medis impor asal China pada Selasa (14/5/2024).

Melansir AP News, presiden yang diusung Partai Demokrat tersebut mengatakan, subsidi pemerintah China untuk memastikan kinerja perusahaan-perusahaan di negaranya tidak menghasilkan keuntungan, sehingga memberi mereka ‘cuan’ yang tidak adil dalam perdagangan global.

“Pekerja Amerika dapat bekerja lebih keras dan mengalahkan siapa pun selama persaingannya adil. Tetapi sudah terlalu lama hal ini tidak adil. Selama bertahun-tahun, pemerintah China telah mengucurkan uang negara ke perusahaan-perusahaan China. Ini bukan persaingan, melainkan kecurangan,” kata Biden di Rose Garden Gedung Putih.

Kebijakan ini menimbulkan kritikan di mana Biden terkesan meniru langkah Donald Trump ketika ia menerapkan strategi yang meningkatkan gesekan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Ditulis AP News, tarif ini muncul di tengah kampanye panas antara Biden dan Trump, pendahulunya dari Partai Republik, untuk menunjukkan siapa yang lebih keras terhadap China.

Calon presiden dari Partai Demokrat itu juga mengatakan Trump telah gagal untuk menindak pelanggaran perdagangan China seperti yang telah ia janjikan selama masa kepresidenannya.

Karoline Leavitt, sekretaris pers kampanye Trump, menyebut tarif baru tersebut sebagai upaya yang lemah dan sia-sia untuk mengalihkan perhatian dari dukungan Biden terhadap kendaraan listrik di AS. Menurut pihak Trump, ini hanya akan menyebabkan PHK di pabrik-pabrik mobil AS.

Perbedaan dengan Trump

Melansir The New York Times, Selasa (14/5), perang dagang yang dilancarkan Biden berbeda dengan perang dagang yang dilancarkan Trump beberapa tahun lalu dalam beberapa aspek.

Di antaranya strategi Biden mengandalkan upaya menyatukan sekutu-sekutu internasional untuk melawan China melalui kombinasi insentif dalam negeri dan, kemungkinan besar, tarif yang terkoordinasi terhadap barang-barang China.

Ini kontras dengan sikap Trump yang cenderung bertindak sendiri. Secara spesifik, rencana Trump mencakup lebih banyak tarif dan lebih sedikit perdagangan dengan China.

Trump juga memberlakukan lebih banyak pembatasan pada perdagangan dengan China, termasuk membatasi penjualan teknologi Amerika ke Beijing, dan menyalurkan subsidi federal kepada produsen Amerika yang mencoba bersaing dengan produksi China.

Dalam masa kampanyenya, Trump kini menjanjikan upaya baru untuk memutuskan hubungan perdagangan kedua negara jika ia terpilih untuk masa jabatan kedua.

Trump juga berjanji akan berusaha mengembalikan sebagian besar pekerjaan pabrik yang dialihdayakan ke China. 

Sementara Biden berupaya meningkatkan produksi dan lapangan kerja di sejumlah industri teknologi tinggi yang sedang berkembang – termasuk sektor energi ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik, yang tidak begitu diminati oleh Trump.

Biden juga telah menggunakan lebih banyak pengaruh kebijakan, beberapa di antaranya diciptakan oleh Trump.

China Melawan

Menanggapi hal ini, pemerintah China dengan cepat menolak tarif tersebut, dengan mengatakan bahwa tarif tersebut akan berdampak serius pada suasana kerja sama bilateral.

Kementerian Luar Negeri China menggunakan kata bullying dalam menanggapi langkah Biden ini.

Namun demikian, tarif ini sepertinya tidak akan mempunyai dampak inflasi yang luas dalam jangka pendek karena baru akan berlaku pada 2026. Namun mungkin akan ada kenaikan harga untuk baterai kendaraan listrik, panel tenaga surya, dan beberapa barang spesifik lainnya.

Pejabat pemerintahan Biden mengatakan mereka berpendapat tarif tersebut tidak akan meningkatkan ketegangan dengan China, namun mereka memperkirakan negara ini akan mencari cara untuk menanggapi pajak baru atas produk-produknya.

Belum diketahui secara pasti apa dampak jangka panjang terhadap harga jika perang tarif kembali berkontribusi terhadap perselisihan dagang yang lebih luas.

Hampir 14 juta mobil listrik teregistrasi secara global pada 2023. Melansir Global EV Outlook 2023, jumlah total mobil listrik yang beredar di jalanan mencapai 40 juta di tahun tersebut.

Penjualan mobil listrik pada 2023 tercatat meningkat 3,5 juta dibandingkan sebelumnya, meningkat 35 persen dibandingkan 2022. Angka ini enam kali lebih tinggi dibandingkan 2018, lima tahun sebelumnya.

Adapun 16,1 juta mobil listrik jenis Battery Electric Vehicle (BEV) sendiri diproduksi oleh China sepanjang tahun lalu, terbesar di antara wilayah lain. (Lihat grafik di bawah ini.)

Meskipun meningkat secara global, penjualan mobil listrik masih terkonsentrasi secara signifikan hanya di beberapa pasar utama.

Pada 2023, hanya di bawah 60% registrasi mobil listrik baru terjadi di China dan hanya di bawah 25% di Eropa, serta 10% di AS.

Dalam pernyataannya, tarif tersebut akan diterapkan secara bertahap selama tiga tahun ke depan, dan tarif yang akan berlaku pada 2024 mencakup kendaraan listrik, sel panel surya, jarum suntik, jarum suntik, baja dan aluminium, dan banyak lagi.

Saat ini hanya ada sedikit kendaraan listrik asal China di AS. Namun, para pejabat khawatir model-model kendaraan listrik dengan harga rendah yang dihasilkan oleh subsidi pemerintah China akan segera membanjiri pasar AS.

Ini karena perusahaan China dapat menjual kendaraan listrik hanya dengan USD12.000. Sementara pabrik sel panel surya hingga pabrik baja dan aluminium di China memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi sebagian besar permintaan dunia.

Sejumlah pejabat China juga berpendapat bahwa produksi mereka akan menjaga harga tetap rendah dan akan membantu transisi menuju ekonomi ramah lingkungan.

Kementerian Perdagangan China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tarif tersebut merupakan manipulasi politik yang khas. Untuk itu, pihak pemerintah China berjanji untuk mengambil tindakan tegas untuk membela hak dan kepentingannya.

Melansir Pasal 301 Undang-Undang Perdagangan tahun 1974, pemerintah China memungkinkan untuk melakukan tindakan pembalasan terhadap praktik perdagangan yang dianggap tidak adil atau melanggar standar global.

Melansir AP News, tinjauan perdagangan dengan China selama empat tahun, tarif pajak atas kendaraan listrik China yang diimpor akan meningkat menjadi 102,5 persen tahun ini, naik dari total 27,5 persen.

Berdasarkan pedoman 301, tarif impor sel panel surya akan berlipat ganda menjadi 50 persen tahun ini. Tarif produk baja dan aluminium tertentu dari China akan naik hingga 25 persen dan tarif impor chip komputer akan berlipat ganda menjadi 50 persen pada 2025.

Untuk baterai lithium-ion EV, tarif akan naik dari 7,5 persen menjadi 25 persen tahun ini. Namun untuk baterai non-EV dengan jenis yang sama, kenaikan tarif akan diterapkan pada 2026. Ada juga tarif yang lebih tinggi untuk derek kapal ke darat, mineral penting, dan produk medis.

China bersikukuh bahwa tarif tersebut melanggar peraturan perdagangan global yang awalnya diinisiasi oleh AS melalui Organisasi Perdagangan Dunia WTO.

Mereka menuduh AS terus mempolitisasi masalah perdagangan. Otoritas China juga mengatakan tarif baru tersebut menambah masalah yang sebelumnya sudah tercipta akibat tarif yang sebelumnya dikenakan oleh pemerintahan Trump terhadap barang-barang China. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement