Meningkatnya biaya impor dan subsidi untuk kebutuhan sehari-hari telah meyakinkan Kairo untuk mendevaluasi mata uangnya 15 persen dan mencari bantuan IMF dalam beberapa pekan terakhir. Tunisia dan Sri Lanka yang telah lama bertahan telah meminta bantuan juga.
Ghana, masih enggan untuk mendekati IMF, karena menunggu untuk melihat penurunan mata uangnya, sementara pakistan yang sudah memiliki 22 program IMF, sangat membutuhkan bantuan lebih banyak sekarang.
"Kejutan energi ini tentu saja berkontribusi pada ketidak pastian politik di Sri Lanka dan Pakistan," kata kepala ekonom Renaissance Capital, Charlie Robertson, menandainya sebagai faktor kunci bagi Mesir dan Ghana, dikutip dari Reuters Selasa (05/04/2022).
"Tidak akan mengejutkan saya jika lebih banyak negara terkena dampaknya," Tambahnya, dikutip dari Reuters Selasa (05/04/2022).
Organisasi saudara IMF, Bank Dunia, juga mengatakan beberapa negara termiskin di dunia sekarang mungkin gagal untuk bayar utang selama tahun depan, dimana hal ini akan menjadi "serentetan krisis utang terbesar di negara berkembang dalam satu generasi".